SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta–Para analis ekonomi memperkirakan masalah kenaikan harga pangan dan isu bahan bakar minyak (BBM) terutama dalam hal pembatasan BBM bersubsidi menjadi peluang ancaman pertumbuhan ekonomi di 2011. Kedua-duanya bisa memicu inflasi tinggi, yang berujung pada kenaikan BI Rate yang berlanjut pada kenaikan suku bunga yang berujung pada perlambatan ekonomi.

“Kalau pembatasan BBM ini, praktiknya salah bisa berdampak seperti kenaikan BBM, lalu berdampak pada inflasi lalu berpengaruh pada BI rate dan mempengaruhi  perlambatan ekonomi,” kata Kepala Ekonom Danareksa Analis Purbaya Yudhi Sadhewa di acara HIPMI Economic Outlook 2011, di Jakarta, Kamis (23/12).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Purbaya menambahkan faktor pembatasan subsidi BBM harus benar-benar bisa dilakukan secara mulus. Ia memperkirakan jika pembatasan ini berjalan secara liar, tidak mustahil dampaknya akan setara seperti kenaikan BBM.

Mengenai pangan, Purbaya menambahkan kondisi kenaikan harga pangan masih menjadi ancaman inflasi di 2011. Terlebih lagi kondisi harga pangan di Indonesia mengalami anomali, misalnya harga kebutuhan pokok Januari-Mei 2010 di Indonesia sudah mengalami kenaikan justru di negara lain tak terjadi.

Ia mengharapkan pemerintah agar masalah pangan ini harus benar-benar diantisipasi sehingga tak mengganggu inflasi. Meski ia memperkirakan jika masalah pangan ini tetap tak terkontrol di tahun 2011, imbasnya tak akan mengerek inflasi sampai 2 digit kecuali jika pembatasan BBM subsidi bermasalah.

Sementara itu analis Mirza Adityaswara di tempat yang sama mengatakan masalah inflasi tahun 2011 akan lebih tinggi dari tahun 2010 ini karena faktor kenaikan harga komoditi dan pangan. Seperti diketahui berdasarkan data BPS inflasi November 2009-November 2010 mencapai 6,3%.

“Memang inflasi di 2011 kemungkinan akan tinggi, karena harga komoditi akan naik,” katanya.

Mengenai pertumbuhan ekonomi di 2011, kedua analis tersebut sepakat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tembus di atas 6%. Purbaya berpendapat ekonomi Indonesia bisa mencapai 6,4% sementara Mirza berpendapat pertumbuhan ekonomi tahun depan mencapai 6,3-6,5%.

dtc/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya