SOLOPOS.COM - Wabup Suroto (dari kanan) bersama Ketua Baznas Sragen, Sekda Sragen Tatag Prabawanto, dan perwakilan Polri serta TNI melakukan panen raya padi organik di Dukuh Cengklik RT 003, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Rabu (2/3/2022). (Istimewa/Baznas Sragen)

Solopos.com, SRAGEN — Untuk memutus mata rantai tengkulak padi organik, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Sragen membina 30 orang mustahik petani untuk menjadi mitra. Hasil panen para petani yang biasanya lari ke penebas, kini diolah sendiri dan dijual dalam bentuk beras.

Baznas bersama Wakil Bupati (Wabup) Sragen, Suroto dan Sekretaris Daerah (Sekda), Tatag Prabawanto serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sragen melakukan panen raya padi organik di Dukuh Cengklik RT 003, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Rabu (2/3/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Seusai panen raya, mereka sempat melihat proses pengeringan gabah sampai penggiliran gabah menjadi beras di Kelompok Lumbungan Pengan Berkah Loh Jinawi di dukuh setempat.

Ketua Baznas Sragen, Mustaqim, menerangkan pembinaan yang dilakukan Baznas terhadap 30 petani itu dilakukan sejak dua tahun terakhir. Dia menyebut 30 petani kecil itu memiliki lahan seluas total delapan hektare dengan produksi padi mencapai 48 ton per musim. Baznas membina mereka dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan para petani supaya terhindar dari para tengkulak.

Baca Juga: Baznas Atasi Kemiskinan di Sragen Melalui Pengembangan Jagung

“Biasanya para petani menjual dalam bentuk gabah kering panen (GKP) kepada penebas. Kami datang memberi bantuan peralatan untuk membajak sawahnya hingga peralatan penggilingan padi. Dengan alat produksi itu, mereka tidak lagi menjual GKP ke penebas tetapi dipanen sendiri dan diolah sendiri lalu dijual dalam bentuk beras,” ujarnya.

Beras Petani Dibeli Baznas

Sementara ini Baznas yang membeli beras para petani itu dalam bentuk kemasan. Beras itu selanjutnya digunakan untuk bantuan sosial saat kegiatan Safari Ramadan yang dilakukan Bupati Sragen dan rombongan. Baznas membeli dengan harga Rp12.000/kg untuk beras organik petani. Biasanya kebutuhan beras untuk Safari Ramadan itu mencapai 3.000 kemasan masing-masig berisi 3 kg.

“Biasanya petani menjual dalam bentuk gabah senilai Rp4.400/kg. Setelah berupa beras dijual dengan harga Rp12.000/kg. Artinya, proses produksi dari gabah menjadi beras itu memberi nilai tambah bagi petani agar lebih sejahtera. Beras dari petani itu diharapkan bisa dibeli oleh Baznas Provinsi Jawa Tengah dan Baznas pusat. Selain itu nanti Baznas Sragen akan membantu memasarkan lewat toko ritel dan seterusnya,” jelas Mustaqim.

Baca Juga: Bupati dan Baznas Sragen Salurkan Beasiswa dan RTLH Rp1,8 Miliar

Jenis beras organik yang ditanam petani adalah IR64 pulen. Sampel produknya juga dititipkan di pojok usaha mikro kecil menengah (UMKM) milik Bappeda Litbang Kabupaten Sragen. “Para petani itu sudah bisa memutus rantai distribusi dan mengolah haisl panen sendiri dengan produk beras organik Berkah Loh Jinawi,” ujarnya.

Wakil Bupati Sragen, Suroto, mengapresiasi Baznas yang mampu memberdayakan para petani kecil di Desa Sukorejo, Sambirejo. Dia menerangkan dalam pengembangan industri pertanian dibutuhkan tiga strategi, yakni inovasi sesuai kearifan lokal, optimalisasi teknologi, produktivitas produk serta membangun jejaring pemasangan internal dan eksternal.

“Baznas dalam pendampingan petani itu tiak hanya memenuhi kebutuhan sarana dan prasaranan pertanian tetapi juga menyediakan akses pasar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya