SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Cobaan bertubi-tubi kini dirasakan pasangan muda Ferdyan Nugroho, 19 dan Sumarni, 20. Pasangan yang baru menikah tentu mengharapkan bisa segera memiliki keturunan yang sehat dan bisa lahir dengan normal.

Namun keinginan tersebut masih harus dipendam pasangan suami istri muda ini karena anak pertama mereka menderita kelainan dan harus menjalani perawatan medis yang pasti memakan biaya tidak sedikit. Putri pertama mereka yang baru berusia 14 hari harus menjalani perawatan intensif di ruang IMP Perinatal Gedung Bedah Sentral Terpadu (GBST) RSUP Sardjito.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Padahal sebagai buruh instalasi listrik, gaji yang diterima Ferdyan Nugroho, hanya cukup untuk hidup sehari-hari. Kini, keduanya berharap ada kemudahan agar bisa membayar biaya perawatan.
Tak hanya itu, rumah Sumarni di Dusun Morangan, Sindumartani, Ngemplak pada Sabtu (19/3), terkena terjangan lahar dingin. Air dan lumpur sempat masuk ke rumah itu. Hanya saat ini sudah dibersihkan.

Ditemui di ruang tunggu, keduanya terlihat seperti anak muda pada umumnya. Sama-sama mengenakan kaos putih dan celana jeans, keduanya menceritakan kondisi anaknya dengan lesu.

Menurut penuturan Ferdyan, begitu dilahirkan bayi yang semula akan diberi nama Andamawi Tasti Putri tersebut masih belum bisa ditimang dengan bebas oleh mereka.

”Waktu lahir di Bidan Erni di Manisrenggo, Klaten, saya memang kaget dan sedih waktu diberi tahu kalau ternyata kondisinya seperti itu,” kata warga Gambrengan, Manisrenggo ini, Kamis (24/3).

Berbeda dengan bayi pada umumnya, usus bayi yang baru dilahirkan tersebut berada di luar perut. Karena bidan yang menolong kelahiran tidak bisa menangani, bayi ini langsung dirujuk ke RSUP Sardjito.

Kondisi ini tentu mengagetkan, karena selama hamil istrinya juga rutin melakukan pemeriksaan ke puskesmas. Bahkan saat pemeriksaan terakhir, hasil USG juga menunjukkan kondisi bayi masih normal dan stabil.

Dikatakan Ferdi, begitu sampai di rumah sakit sebenarnya akan segera dilakukan operasi pada hari itu juga. Tapi sayangnya rencana itu tidak bisa dilaksanakan karena usus bayi tiba-tiba membengkak sehingga jika dipaksakan dimasukkan ke dalam perut justru bisa mendesak paru-paru dan mengganggu jalan napas.

Operasi tersebut akhirnya dibatalkan dan direncanakan akan dilakukan operasi berikutnya. Hanya saja sampai saat ini belum diketahui kapan operasi bisa dilakukan sambil menunggu kondisi bayi benar-benar membaik.

Sebelas hari menunggu di RS bagi keduanya juga bukan hal yang mudah.Tarif yang dikenakan untuk biaya perawatan selama 24 jam saja sudah mencapai Rp2 juta per hari. Itu belum termasuk dengan obat dan operasi.

Menyadari besarnya biaya yang harus ditanggung, Ferdian saat ini berusaha mengurus jamkesmas dan meminta bantuan agar bisa diberi keringanan.

”Sudah minta ke Dinas Sosial. Katanya nanti diberi Rp5 juta tapi belum menerima sampai sekarang. Kalau ke rumah sakit memang belum minta keringanan. Kami juga belum ditagih biaya apa pun,” tambah Ferdian lagi.

Selain itu, keduanya juga tengah berusaha mengurus surat keterangan tidak mampu dan jamkesmas atas nama mereka sendiri karena sampai saat ini keduanya masih belum memiliki.

”Sudah berusaha mengurus tapi belum selesai. Ada saja yang kurang syaratnya jadi masih bolak balik,” kata pria berbadan kurus ini lagi.

Sementara itu pihak RSUP Sardjito yang diwakili Kasubag Humas, Sri Erliani belum memberikan keterangan lengkap. ”Kami masih menunggu keputusan tim dokter. Sekarang masih dilakukan observasi,” ujarnya singkat.

Sri juga belum bisa memberikan keterangan penyebab mengapa usus perut bayi tersebut bisa ada di luar perut.

JIBI/Harian Jogja/ani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya