Anak pertama pasangan Susilowati, 18 dan Paryadi, 28, warga Glinggang, Randu, Kecamatan Geyer ini, menderita meningo encephalocele dan micro cephaluce ini harus dipindahkan dari RS Muwardi ke RSUD dr R Soedjati Purwodadi karena orangtuanya tak mampu membayar biaya pengobatan. Hal ini karena orangtua Riki tak memiliki jaminan kesehatan masyarakat miskin (Jamkesmas). Beruntung oleh pihak desa diupayakan mendapat jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) sehingga perawatan di RSUD Purwodadi bisa gratis.
“Karena tak kuat membayar biaya perawatan di RS Muwardi Solo, akhirnya Riki kami bawa pulang untuk dirawat di RSUD Purwodadi. Semoga di sini (RSUD Purwodadi-red) bisa gratis,” tutur Layem, 51, nenek Riki ketika ditemui Espos, di ruang khusus bangsal Cempaka, RSUD Purwodadi, Senin (28/2/2011).
Dijelaskan Layem, pihak rumah sakit di Solo memang belum menyebutkan berapa biaya operasi. Yang jadi kendali adalah biaya hidup di Solo dan uang transport pulang pergi Geyer-Solo. “Untuk memenuhi kebutuhan di Solo, saya sampai berhutang Rp 2 juta ke tetangga,” ujar Layem dengan nada pelan menahan kepedihan.
Terpisah, dr Muhajir Syatibi Sp.A yang menangani langsung kondisi Rikiadi mengatakan, Riki menderita meningo encephalocele dan micro cephaluce, yakni sebagian otak dan selaputnya berada di luar tempurung kepala hingga mempengaruhi pertumbuhan lingkar kepalanya.
“Untuk memulihkan harus dilakukan operasi bedah syaraf, kebetulan di RSUD Purwodadi belum ada peralatan dan ahlinya sehingga harus dirujuk ke rumah sakit lain,” terang Muhajir didampingi Direktur RSUD Purwodadi dr Iman Santosa.
Mengenai penyebab adanya kelainan ini, menurut Muhajir, faktor utamanya adalah faktor genetik, kemudian kondisi lingkungan dan pengaruh obat-obatan. “Karena ada keterbatasan biaya, kami upayakan ada yayasan sosial yang membantu pengobatan bayi tersebut, saat ini sedang menunggu kepastiannya saja,” papar Muhajir.
(rif)