SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SUKOHARJO</strong> — Warga Dukuh Tegalrejo dan Dukuh Badran Kenteng, Desa Pengkol, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, terpaksa mengungsi karena tak tahan bau yang diduga dari limbah PT <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180702/490/925433/9-kendaraan-kawal-perjalanan-tabung-wet-scrubber-pt-rum-sukoharjo" title="9 Kendaraan Kawal Perjalanan Tabung Wet Scrubber PT RUM Sukoharjo">Rayon Utama Makmur</a> (RUM), Desa Plesan, Nguter, Sabtu (29/9/2018).&nbsp;</p><p>Seorang bayi yang baru lahir dua hari sebelumnya di Balai Kesehatan Desa (BKD) Pengkol bahkan tak diperoleh pulang ke rumahnya karena kondisi lingkungan rumahnya dinilai tak sehat akibat bau busuk.&nbsp;</p><p>Bayi itu anak pasangan suami istri Eko Susilo dan Neng Maryati, warga Badran Kenteng RT 002/RW 004, Desa Pengkol, Nguter. Informasi yang dihimpun <em>Solopos.com</em>, bau yang diduga dari limbah PT RUM muncul sejak uji coba dilakukan pekan lalu.&nbsp;</p><p>Seorang warga yang berada di lokasi pengungsian, Jono, bercerita bayi itu diinapkan di balai kesehatan desa dan belum boleh dibawa pulang karena kondisi lingkungan rumahnya dinilai tidak sehat.&nbsp;</p><p>&ldquo;Bayi itu seharusnya pulang [Sabtu] sekitar pukul 12.30 WIB tetapi oleh dokter tidak diperbolehkan karena situasi lingkungan rumah berbau. Bayi diungsikan dan menginap di BKD Pengkol,&rdquo; ujarnya.</p><p>Dia mengatakan selain bayi perempuan itu, warga berusia dewasa dan tua juga mengungsi ke balai desa. Menurutnya, perwakilan <a href="http://semarang.solopos.com/read/20180607/515/920794/warga-terdampak-pt-rum-laporkan-bupati-dan-kapolres-sukoharjo" title="Warga Terdampak PT RUM Laporkan Bupati dan Kapolres Sukoharjo">PT RUM,</a> yakni Haryo, Sugeng, dan Atik sudah datang menemui warga dan warga menyampaikan keinginan mereka hanyalah udara yang tidak berbau lagi.&nbsp;</p><p>&ldquo;Saya tidak tahu secara pasti Pak Haryo, Pak Sugeng, dan Bu Atik bicara apa kepada warga tetapi warga hanya menginginkan udara kembali bersih sehingga warga bebas menghirupnya. Sampai hari ini [Sabtu] masih tercium bau.&rdquo;</p><p>Pada bagian lain, Jono heran kenapa PT RUM masih beroperasi sedangkan Bupati sudah mengirimkan surat permintaan penghentian operasional. &ldquo;Asumsi saya, penghentian operasional dilakukan sejak tanggal surat tetapi kok hari ini tidak berhenti.&rdquo;</p><p>Hal senada disampaikan Pembina Masyarakat Peduli Lingkungan (MPL) Sukoharjo, Ari Suwarno. &ldquo;Warga Dukuh Badran Kenteng, Pengkol baru dua hari melahirkan terpaksa mengungsi ke Balai Desa Pengkol karena diduga mencium bau pencemaran PT RUM.&rdquo;</p><p>Sementara itu, Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, mengakui pada Sabtu sore didatangi kerabat dari bayi yang baru dilahirkan dan terpaksa mengungsi di BKD Pengkol. Kedatangan mereka didampingi anggota MPL.&nbsp;</p><p>&ldquo;Karena takut pulang kemudian mereka berdiam di kantor desa. Pak Haryo dan kawan-kawan [PT RUM] langsung menyambangi keluarga dan bayi yang baru lahir. Hal-hal seperti inilah prioritas <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180730/490/930803/keluarga-terdakwa-perusakan-pt-rum-sukoharjo-temui-ibunda-jokowi" title="Keluarga Terdakwa Perusakan PT RUM Sukoharjo Temui Ibunda Jokowi">PT RUM</a> untuk membantu secara maksimal, termasuk tawaran apabila ingin istirahat di rumah sakit tetapi usulan ke rumah sakit tidak diterima dan keluarga beserta bayi memutuskan tinggal di pelayanan kesehatan Desa Pengkol.&rdquo;</p><p>Dia menyatakan PT RUM siap 24 jam untuk membantu hal-hal darurat sembari kerja keras membenahi penyempurnaan mesin produksi dan pengolah limbah.&nbsp;</p><p>&ldquo;Secara teknis pabrik sudah dinonaktifkan namun tidak bisa langsung mati secara mendadak. Yang menyala adalah pembangkit uap untuk proses pemanas. PT RUM baru on pada 21 September. Ada dua Lines of Production A &amp; B masing-masing satu tahun bisa menghasilkan 40.000 ton serat sehingga total 80.000 ton per tahun.&rdquo;</p><p>Dia membandingkan dua pabrik yang sama di Purwakarta yakni Indo Barrat Rayon dan South Pacific Viscose yang sudah beroperasi dengan kapasitas per pabrik di atas 200.000 ton per tahun.&nbsp;</p><p>&ldquo;Sepekan ini kami baru mulai mencoba 10 ton hingga 15 ton per hari sambil menyet&egrave;l bagian-bagian yang perlu disempurnakan agar ketahuan di titik mana perlu penyempurnaan,&rdquo; jelasnya.&nbsp;</p>

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya