SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kediri (Solopos.com)–Seorang balita bernama Satria Abimanyu berusia lima bulan kondisinya memprihatinkan sejak lahir. Bayi asal Dusun  Bulurejo, Desa Sumberejo Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri ini mengalami penyakit kolestasis atau terganggunya aliran cairan empedu masuk ke duodenum (usus) dalam jumlah normal.

Kondisi putra ketiga dari pasangan Yuli Haryono dan Sunarmi ini nyaris sama dengan penderita atresia billier. Perutnya membuncit dan air seninya berwarna kuning pekat. Jika disentuh tepat di bagian liver terasa keras.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

“Tanda-tanda ini mulai muncul saat dia berusia tiga bulan,” terang ibu kandung Satria, Sunarmi, saat ditemui di rumahnya, Sabtu (5/3/2011).

Ekspedisi Mudik 2024

Sejak dilahirkan 30 September 2010 Satria sudah menunjukkan gejala-gejala awal sebagai penderita kolestasis. Namun karena minimnya informasi, termasuk dari petugas kesehatan di Puskesmas Kandat, menjadikannya tak mendapat pertolongan sejak dini.

“Kalau pas ke Posyandu atau Puskesmas, bidan bilangnya anak saya kurang dijemur, katanya sakit kuning. Tapi setelah saya jemur, ternyata kondisinya juga tak mengalami perubahan,” ungkap Sunarmi.

Satria baru dipastikan mengalami kolestasis setelah dirujuk ke RSUD Pare dan menjalani perawatan selama hampir satu bulan. Namun karena  penanganan yang tak maksimal menjadikan kondisi kesehatannya tak banyak mengalami perbaikan. “Sebulan di sana hanya disuntik tiga kali sehari. Kalau pemeriksaan jarang,” jelasnya.

Dari perawatan selama hampir sebulan di RSUD Pare, Satria harus menjalani operasi cangkok hati untuk menyembuhkan penyakitnya. Dia sempat akan dirujuk ke RSU Dr Soetomo Surabaya, namun dibatalkan tanpa ada penjelasan lebih lanjut dari dokter.

“Hanya dikatakan sementara bisa diobati di rumah, baru kalau memang parah akan dioperasi. Padahal itu sudah disuruh puasa sehari sebelumnya, tapi ternyata dibatalkan,” tandas Sunarmi.

Sunarmi mengaku jika nantinya operasi harus dilakukan terhadap anaknya, dia tak memiliki biaya untuk hal tersebut. Pekerjaan suaminya sebagai kuli bangunan tak memungkinkan untuk bisa memenuhi kebutuhan biaya operasi, terlebih dua anaknya juga memutuhkan biaya untuk makan dan sekolahnya.

“Kemarin itu saya berani membawa ke rumah sakit karena ada Jamkesda, kalau nggak ya mungkin saya biarkan di rumah,” pungkasnya.

(dtc/tiw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya