SOLOPOS.COM - Seorang bayi berusia delapan tahun, Erinda, duduk dipangkuan ibunya, Linggarsari, didampingi ayahnya Supriyanto saat Kepala Desa Duyungan Arie Kurniasari (dua dari kanan) bersama bidan desa Sulistyo Dwi Rahmani (kanan) berkunjung ke rumahnya di Dukuh Jasem, Duyungan, Sidoharjo, Sragen, Rabu (10/2/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Bayi berusia delapan bulan asal Dukuh Jasem RT 012, Desa Duyungan, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, Jawa Tengah, yang mengidap penyakit langka atresia bilier membutuhkan uluran tangan.

Bayi bernama Erinda Vanya Krista itu mengidap penyakit penyumbatan saluran empedu atau atresia bilier. Saat ini empedu bayi yang lahir 14 Mei 2020 itu telah diangkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sekarang putri saya tidak memiliki empedu setelah diangkat lewat operasi di RS dr. Sarjito Yogyakarta saat berumur empat bulan yang lalu. Sejak operasi itu sampai sekarang kami harus mengontrolkan kesehatan Erinda ke RS dr. Sarjito setiap bulan sekali. Kondisi sekarang terlihat mata menguning dan mengalami gatal-gatal. Perutnya agak membesar tetapi stabil serta mengalami gizi buruk,” ujar Linggarsari, ibu bayi tersebut kepada Solopos.com, Rabu (10/2/2021).

Baca juga: Hiks... Bayi 8 Bulan di Sidoharjo Sragen Idap Penyakit Langka Atresia Bilier

Ayah bayi tersebut, Supriyanto bekerja sebagai bakul angkringan di dekat Lapangan Nguwer, Duyungan. Dia harus banting tulang dan menjual barang yang dimiliki untuk membiayai pengobatan putrinya. Untuk meningkatkan berat badan Erinda, dokter merekomendasi untuk meminum susu yang harganya sampai Rp300.000-Rp400.000 per kaleng.

“Padahal dalam sebulan itu membutuhkan lima kaleng susu berukuran 400 gram. Kebutuhan untuk membeli susu ini yang membutuhkan banyak uang sementara penghasilan kami terbatas,” kata Supriyanto.

Baca juga: Kronologi Guru Ngaji di Sragen Cabuli 2 Murid di Musala: Malam-Malam Minta Nananina

Untuk memulihkan kondisi Erinda disarankan oleh dokter untuk melakukan cangkok hati. Supriyanto menyampaikan cangkok hati itu bisa dilakukan dengan golongan darah yang sama. Supriyanto menyebut golongan darah Erinda O+, sedangkan golongan sarah Supriyanto sendiri B dan golorngan darah istrinya A.

“Dokter angkat tangan kalau pendonor hati itu bukan dari keluarga. Tapi ada yayasan di Jogja yang menawari ada pendonor cangkok hati tetapi harus dilakukan di Jakarta. Saran dokter untuk cangkok hati umur bayi harus satu tahun lebih dan berat badannya 10 kg,” jelasnya.

Baca juga: Disebut Tak Salat & Bersyukur di Buku Pelajaran, Ganjar Pranowo: Mungkin Itu Kritik Buat Saya

Bidan Desa Duyungan Sulistyo Dwi Rahmani terus memantau perkembangan kesehatan Erinda dan berusaha membantu meringankan beban keluarga Supriyanto. Sulistyo menyampaikan biaya premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) akan ditanggung oleh Pemkab Sragen lewat Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Di sisi lain, Sulistyo bersama Kepala Desa Duyungan Arie Kurniasari juga peduli pada keluarga Supriyanto terutama untuk kesehatan Erinda. Arie pun datang ke rumah Supriyanto siang itu. Ia memastikan biaya kontrol kesehatan ke RS dr. Sarjito sudah dianggarkan di APBDesa Duyungan.

“Termasuk adanya program pemberian makanan tambahan untuk Erinda lewat program pencegahan stanting,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya