SOLOPOS.COM - Ilustrasi bawang merah. (Antara-Akhmad Nazaruddin Lathif)

Solopos.com, BOYOLALI —  Pengepul dari luar kota berdatangan ke Lereng Merbabu, tepatnya di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, untuk kulak bawang merah yang akhir-akhir ini langka di pasaran.

Kedatangan para pengepul luar daerah tersebut disampaikan oleh salah satu petani bawang merah di Senden, Selo, Boyolali, Sumarno, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (30/6/2022). “Kemarin ada pengepul dari Temanggung ke sini. Di kala barang langka seperti ini banyak tengkulak yang datang langsung ke petani,” kata Sumarno.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia mengatakan kelangkaan bawang merah terjadi karena para petani bawang merah mengalami gagal panen. Sumarno mengatakan normalnya panen bawang merah di ladangnya sekitar 4,5 kuintal per hektare. Akan tetapi, kata Marno, saat ini panen bawang merah di ladangnya hanya dua kuintal per hektare.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tapi alhamdulillah panen tahun ini menjadi berkah untuk petani bawang merah karena dulu kalau panen, harganya kisaran Rp10.000 – Rp12.000 per kilogram,” kata dia.

Untuk harga bawang merah saat ini, kata Sumarno, tembus hingga Rp36.000 per kilogram. Selain faktor gagal panen di petani Senden, Marno juga mengungkapkan melambungnya harga karena sentral penghasil bawang merah seperti Brebes dan Batu juga banyak yang gagal panen karena cuaca buruk.

Sementara itu, petani lain asal Desa Senden, Sugiyantoro, mengungkapkan harga bawang merah juga melambung tinggi. “Harga saat ini untuk panen basah sekitar Rp38.000 – Rp40.000 per kilogram. Kalau normal harganya kisaran Rp15.000 – Rp20.000 per kilogram,” terang dia.

Senada dengan Sumarno, Toro mengungkapkan tingginya harga bawang merah di lereng Merbabu karena gagal panen. Menurutnya, gagal panen bawang merah dikarenakan curah hujan yang tinggi.

Lebih lanjut, Sugiyantoro mengatakan panen bawang merah di ladangnya juga mengalami penurunan. Dari yang normalnya 10 ton per hektare, kata Toro, menjadi lima ton per hektare.

“Walau panen turun tapi tertutupi karena harganya yang tinggi,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya