SOLOPOS.COM - Ketua KSM Kampung Asri, Saryono (kanan), memilah sampah plastik kresek di Dukuh Karangwuni, Desa Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Minggu (3/7/2022). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kampung Asri di Dukuh Karangwuni, Desa Doplang, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali berhasil mengolah sampah kresek  menjadi bahan bangunan seperti paving block dan batu candi.

Batu candi dari sampah kresek yang dinamai batu cantik pernah jadi suvenir Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penggagasnya adalah Saryono, Ketua KSM Kampung Asri. Ia mengatakan kali pertama mendapatkan ide pembuatan bahan bangunan dari sampah kresek saat merantau di Batam dan bersama dengan temannya yang berasal dari Flores.

“Dia pernah buat gagang pisau itu dari plastik yang dilelehkan. Kemudian 2015, saya di KSM berinovasi dibuat paving block. Itu ada trial dan error dulu biar kuat bagaimana sampai ketemu dicampur lelehan plastik kresek dengan abu batu,” kata dia saat ditemui Solopos.com di lokasi pembuatan, Minggu (3/7/2022).

Baca juga: Inovatif, Warga Boyolali Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bangunan

Saryono kemudian menamai paving block dari sampah kresek  tersebut dengan nama paving bergaransi. Untuk batu candi yang ia buat, lanjut Saryono, diberi nama batu cantik atau singkatan dari batu candi plastik.

Lebih lanjut, Saryono mengatakan batu cantik produksi KSM Kampung Asri sempat menjadi suvenir untuk Presiden Jerman, Frank-Walter Steinmeier, saat berkunjung di Yogyakarta pada Jumat (17/6/2022). Harga batu cantik, dibandrol dengan harga Rp2.000 per biji.

“Untuk harganya paving block bergaransi kami Rp5.000 per buah. Ini lebih mahal dari paving biasa, tapi kami berani kasih garansi 20 tahun untuk pemakaian outdoor. Kalau pemakaian luar 50 tahun pun saya berani garansi karena tidak kena kendaraan,” kata dia.

Saat disinggung mengenai alasan dia mengolah sampah  kresek menjadi bahan bangunan, ia menjawab alasannya karena merasa prihatin karena limbah plastik kresek tidak memiliki nilai jual.

Baca juga: Jorok! Sampah Plastik Kepung Kampung Nelayan Tambakrejo Semarang

Bahkan, kata dia, pemulung juga jarang mau melirik plastik kresek. Menurut Saryono, perlakuan masyarakat terhadap sampah plastik kresek berbeda dengan perlakuan untuk sampah plastik keras seperti botol, ember, dan sebagainya.

“Jadi kami bereksperimen untuk menciptakan produk yang memiliki nilai manfaat, nilai guna, dan nilai ekonomis. Jadi produk kami buat menjadi produk yang inovatif dalam menangani dan menyelesaikan masalah sampah plastik kresek ini,” terang dia.

Ia mengatakan untuk membuat paving bergaransi dan batu cantik tidak memilah warna plastik kresek. Ia mengatakan, saat plastik kresek diolah dalam proses pembakaran semua warnanya akan sama yaitu berwarna hitam.

Sementara itu, pembuat batu cantik dan paving bergaransi, Wawan Setyawan, mengatakan proses pembuatannya tidak harus menggunakan plastik bersih. Namun, kata dia, sampah plastik kresek harus dalam kondisi kering.

“Untuk satu paving, butuh sampah plastik kresek sekitar tiga kilogram. Kemudian untuk satu batu cantik atau candi plastik sekitar 0,75 kilogram,” kata dia.

Baca juga: Patut Ditiru! Surabaya Larang Kantong Plastik di Pasar Tradisional

Wawan mengatakan untuk proses pembakaran satu paving sekitar 10 menit. Untuk batu cantik, kata Wawan, membutuhkan pembakaran sekitar lima menit.

Setelah dibakar, Wawan mengatakan adonan dicetak dan didinginkan dengan cara direndam di dalam air. “Untuk perendaman di dalam air sekitar 15 menit,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya