SOLOPOS.COM - Petugas lab museum sangiran mengecek fosil kuda nil yang ditemukan warga Bonagung di pegunungan Tugel, Tanon, Sragen. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Batu akik Sragen, Tim Lab Museum Sangiran  memperkirakan fosil kuda nil berusia 1,2 juta tahun.

Solopos.com, SRAGEN--Temuan fosil rahang kuda nil di lembah perbukitan Gunung Tugel, Desa Bonagung, Sragen, menambah khasanah pengetahuan baru seputar dunia kepurbakalaan di Tanah Air. Temuan fosil itu mengindikasikan bahwa lembah Gunung Tugel merupakan bekas lautan dalam yang sudah mengalami pendangkalan sejak jutaan tahun lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Bonagung ada hubungannya dengan Sangiran. Dulu, kawasan ini sama-sama laut dalam yang sudah mengalami pendangkalan. Pendangkalan itu kemungkinan besar dipicu meletusnya Gunung Lawu Purba,” kata anggota tim laboratorium kepurbakalaan dari Museum Sangiran, Utomo Sriyatno Yuwono, saat ditemui Solopos.com saat meninjau temuan fosil rahang kuda nil di Dusun/Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, Senin (31/8/2015).

Fosil rahang bawah kuda nil atau Hippopotamus yang ditemukan Parmin, 37, warga setempat, diperkirakan berusia 1,2 juta tahun. Kuda nil purba itu diperkirakan terjebak di danau setelah terjadi erupsi Gunung Lawu Purba. “Usia fosil rahang bawah kuda nil ini lebih tua daripada homo erektus progresif yang diperkirakan hidup pada 400.000 tahun hingga 1,25 juta tahun silam,” terang Utomo.

Selain rahang bawah kuda nil purba, tim dari Museum Sangiran juga mencermati beberapa pecahan fosil lain yang ditemukan di lokasi tambang batu mani gajah. Berdasar hasil pencermatan, beberapa fosil itu diidentifikasi sebagai rahang banteng sebelah kanan, pecahan tulang kaki banteng, pecahan tanduk banteng, dan pecahan tulang punggung. Beberapa fosil lain seperti tulang paha gajah dan tanduk rusa masih tersimpan di rumah warga sekitar.

“Saya berharap warga bisa menyimpan baik-baik fosil-fosil itu. Ke depan, mungkin bisa dibangun rumah fosil. Kalau temuan fosil bertambah banyak, bisa diusulkan dibangun museum,” kata Utomo.

Penemuan fosil rahang kuda nil itu menambah semangat warga sekitar untuk terus menggali tanah di perbukitan Gunung Tugel. Kali ini, mereka tidak hanya termotivasi mencari batu mani gajah yang banyak diburu kalangan pencinta batu akik.
“Kalau saya, selain mencari batu mani gajah juga mencari fosil. Saya sudah menemukan potongan fosil yang kemungkinan tulang hewan purba secara tidak sengaja di sini,” kata Feri Setiawan, 30, warga sekitar saat ditemui di sela-sela kesibukannya menggali tanah di perbukitan Gunung Tugel.

Kepala Desa Bonagung, Suwarno, sudah mewanti-wanti warganya untuk tidak menjual temuan fosil itu kepada tengkulak. Dia mengaku sudah mengindentifikasi setiap fosil yang ditemukan warganya. “Fosil ini dilindungi oleh undang-undang. Kalau dijualbelikan, ancamannya penjara. Lebih baik, fosil-fosil itu disimpan dulu. Ke depan kita usulkan dibangun rumah fosil sebagai embrio berdirinya museum di Bonagung. Kalau sudah ada museum, otomatis akan mendongkrak perekonomian warga sekitar,” kata Suwarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya