SOLOPOS.COM - Bentuk fosil rahang kuda nil yang ditemukan warga di Pegunungan Tugel, Bonagung, Tanon, Sragen. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Batu akik Sragen, sejumlah fosil yang ditemukan di pegunungan Bonagung, Tanon, Sragen diserahkan ke Museum Sangiran.

Solopos.com, SRAGEN–Museum Purbakala Sangiran mengambil alih puluhan fosil dari tangan warga Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Sragen, Rabu (9/9/2015). Pengambilalihan puluhan fosil dari tangan warga itu dimaksudkan untuk menghindari potensi pencurian dan jual beli oleh warga.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya memang yang bertanggung jawab terhadap fosil-fosil yang disimpan warga. Tapi, saya sendiri tidak bisa menjamin warga akan selamanya menyimpan benda cagar budaya itu. Jika suatu saat fosil-fosil itu hilang, entah karena dicuri atau dijual, saya nanti yang akan dimintai pertanggungjawaban,” kata Kepala Desa Bonagung, Suwarno, kepada Solopos.com.

Tim dari Museum Purbakala Sangiran mendatangi satu per satu rumah warga yang menyimpan fosil. Setidaknya terdapat belasan warga yang menyimpan fosil-fosil di rumahnya. Satu warga bisa menyimpan satu hingga sembilan fosil mulai dari rahang bawah kuda nil, rahang bawah banteng, tanduk rusa, tulang paha gajah dan lain sebagainya.

“Tadi fosil-fosil itu diambil dari tangan tujuh warga. Sebagian warga yang menyimpan fosil-fosil sedang ke luar rumah sehingga tidak bertemu tim,” kata Suwarno.

Menurut Suwarno, pengelola Museum Purbakala Sangiran bakal memberikan hadiah kepada para penemu fosil tersebut. Namun, tidak disebutkan hadiah apa yang akan diberikan warga penemu fosil.

Tim dari Museum Purbakala Sangiran sudah mendata jumlah warga berikut fosil-fosil yang disimpannya. Museum Purbakala Sangiran juga mengusulkan pembangunan rumah fosil di Desa Bonagung.

“Jika rumah fosil itu sudah dibangun, fosil-fosil itu akan dikembalikan. Jadi, bisa dibilang, fosil-fosil itu hanya dititipkan sementara di Museum Purbakala Sangiran,” terang Suwarno.

Sebelumnya, Kasi Sejarah Purbakala dan Nilai-Nilai Tradisi, Disbudparpora Sragen, Anjarwati Sri Sayekti, menyarankan Pemdes Bonagung membangun rumah fosil terlebih dahulu sebagai embrio berdirinya museum.

“Dahulu Museum Sangiran itu awalnya juga rumah tempat penyimpanan fosil. Karena koleksinya terus bertambah, maka banyak dikunjungi wisatawan. Selanjutnya baru dibuat museum,” papar jebolan S2 Ilmu Arkeologi di Muséum National D’histoire Naturelle (MNHN) Paris ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya