SOLOPOS.COM - Espos/Adib Muttaqin Asfar

Jika melihat suvenir-suvenir dari batok kelapa di Jogja, banyak yang mengira benda-benda itu berasal dari Kasongan, Bantul. Padahal itu tidak selamanya benar dan justru hanya pernah diproduksi di Solo.

“Kami memang sering mengirimnya ke Mirota (Jogja) dan beberapa pesanan dari Jogja. Padahal ini cuma dibuat di sini,” kata Panca Darmastya, salah satu pengelola Batik Batok Craft (BBC) tentang kerajinan dari batok produksinya.

BBC memang spesialis produsen kerajinan dari batok alias tempurung kelapa. Semua produknya mulai dari benda kecil seperti gantungan kunci hingga bingkai cermin dengan berbagai macam sculpting (pahatan), terbuat dari tempurung kelapa. Kerasnya tempurung kelapa tidak membatasi kreativitas dalam membuat berbagai macam benda kerajinan, bahkan dengan hasil yang sangat halus.

BBC dirintis oleh dua bersaudara, yaitu Wahyu Sri Hastomo dan Panca Darmastya sejak 2006 lalu. Semua bermula dari jiwa seni yang menurun pada keluarga ini. Sejak kecil Wahyu sudah memiliki kesenangan menggambar dan terus berlanjut sampai sekarang. Keduanya juga terbiasa bermain dengan malam atau plastisin untuk membuat berbagai macam bentuk.

Espos/Adib Muttaqin Asfar

Usai menamatkan kuliahnya di Peternakan IPB, Wahyu menyempatkan diri membuat berbagai kerajinan berupa panel kaligrafi dari tempurung kelapa. Saat itu dia telah menghasilkan beberapa karya dan sebagian masih dipajang di dinding rumahnya hingga kini. Dengan modal keterampilan membuat kerajinan itulah mereka menyusun sebuah proposal usaha untuk mendapatkan modal dari PT Telkom pada 2007 lalu.

“2006 Kami mulai mengikuti pelatihan yang digelar oleh Disperindag Solo. Enam bulan setelah itu kami dapat bantuan dari Telkom dan mulai memproduksi,” lanjut Panca yang kini masih kuliah di Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Namun apa yang didapatkan dari pelatihan benar-benar berbeda dengan proses produksi yang mereka lakukan saat ini. Dari pelatihan, mereka hanya diajari cara membuat panel dari tempurung kelapa. Padahal kini karya mereka sudah berkembang menjadi bentuk jam, naga, becak, dan model etnik lain dalam tiga dimensi.

“Dulu cuma batok dijadikan flat ornament. Akhirnya kami mengembangkan sendiri teknik yang namanya coco sculpting,” kata Wahyu saat ditemui di rumahnya, Jl Cocak I No 17C, Sambeng, Mangkubumen, Sabtu (7/4) lalu.

Espos/Adib Muttaqin Asfar

Sambil mengerjakan pesanan ornamen-ornamen dari batok kelapa, Wahyu mengembangkan sendiri teknik coco sculpting-nya. Proses ini membutuhkan waktu cukup lama hingga ditemukan teknik yang sempurna. Prinsipnya pun sangat berbeda dengan pembuatan ornamen biasa. Dalam coco sculpting, tempurung kelapa tersebut ditumpuk-tumpuk dan dilem sehingga mirip kayu kasar. Setelah itu baru dibentuk menggunakan dengan alat-alat seperti gerinda, circular saw dan bor. Hasilnya, tempurung kelapa itu menjadi berbagai macam bentuk mulai dari miniatur becak, skuter bahkan patung dengan bentuk rumit sekalipun.

 

Bikin Pelatihan

Dengan teknik itulah Wahyu dan Panca mulai memproduksi untuk berbagai pesanan. Uniknya kerajinan ini sempat menarik perhatian beberapa stasiun televisi nasional untuk meliputnya. Hal-hal seperti inilah yang membuat nama BBC naik daun dan dikenal luas.

“Saya sendiri yang memegang produksi dibantu seorang karyawan, sedangkan Panca mengurus pemasarannya,” kata Wahyu.

Saat dijual, barang-barang ini tidak lagi dihargai sesuai nilai bahan bakunya. Meskipun hanya dibuat dari tempurung kelapa, produk mereka mampu dijual seharga Rp80.000-an perbuah. Itu baru harga untuk para penjual. Di pasaran, para penjual bisa menjualnya dengan harga lebih dari Rp100.000 perbuah.

Lima tahun eksis dalam produksi, kini mereka berupaya melebarkan sayap usaha BBC. Sejak akhir 2011, Wahyu dan Panca menawarkan pelatihan pembuatan kerajinan dari tempurung kelapa kepada siapapun yang berminat. Jasa pelatihan itu terkadang dimanfaatkan oleh beberapa kantor pemerintah daerah untuk membina para calon perajin. Namun sebenarnya pelatihan tersebut diperuntukkan untuk umum, termasuk mereka yang belum punya usaha apapun.

“Biayanya cuma Rp4 juta, itupun sudah termasuk satu set peralatan yang harganya mencapai Rp3 juta,” ungkap Wahyu. “Untuk memulai memang harus memiliki alat.”

Wahyu berharap kerajinan dari tempurung kelapa ini bisa populer di Solo dan perajinnya juga semakin banyak. Maklum hingga kini kerajinan seperti ini memang masih sangat jarang dibuat di Soloraya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya