SOLO — Pemkot Solo memberi sinyal tak akan menggunakan Hyundai sebagai pemasok Batik Solo Trans (BST) untuk koridor baru tahun ini. Ketiadaan dealer resmi Hyundai di Solo menjadi pemicu berpalingnya Pemkot dari pabrikan Korea Selatan itu.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, Yosca Herman Soedrajad, menyatakan tak akan memakai merek bus yang sama untuk penambahan armada tahun ini. Pasalnya, selama ini Dishubkominfo kesulitan dalam perawatan bus.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Karena di Solo tidak ada dealer resminya, jadi harus dibawa ke Jakarta setiap kali rusak,” ujarnya kepada wartawan, Senin (25/2/2013).
Sebagaimana diketahui, Pemkot memiliki 15 armada BST bermerek Hyundai yang beroperasi di Koridor I. Pertengahan tahun ini, Pemkot berencana menambah 10 bus untuk menghidupkan Koridor II dan III. Dana sebesar Rp6 miliar telah dialokasikan untuk merealisasi penambahan layanan bus rapid transit itu.
“Dengan kondisi selama ini, kami enggak mau Koridor II dan III pakai Hyundai lagi,” tuturnya.
Pihaknya tak ingin ngadatnya BST memperburuk citra pelayanan Pemkot. Yosca mengakui BST beberapa kali mogok karena mengalami gangguan mesin saat beroperasi. Sulitnya perawatan BST merek Hyundai juga diakui Kepala Perum Damri Solo, Sutaryadi.
Selaku pengelola operasional BST Koridor I, dia tahu betul betapa sulitnya mencari suku cadang dan perawatan bus Hyundai tersebut. Pihaknya bahkan kerap mengakali sendiri perbaikan lantaran minimnya suku cadang.
“Itu karena di Solo tidak ada yang menyediakan spare part bus Hyundai,” ujarnya.
Dalam sebulan, pihaknya mengaku mengeluarkan biaya minimal Rp250 juta untuk perawatan 15 BST yang ada saat ini. Ia mengatakan meski program Koridor I merupakan kerjasama antara Pemkot dan Perum Damri, tak ada ketentuan pembagian biaya perawatan dalam kesepakatan itu.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
