SOLOPOS.COM - BST (JIBI/dok)

Solopos.com, SOLO--Berdasarkan hasil survei Deutsche Gesellachaft fuer Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Jerman, kebocoran uang tiket pembayaran Batik Solo Trans (BST) terbukti terjadi. Hasil itu didapat dari survei keterisian BST yang dilakukan pada Februari dan April. Pada survei itu, GIZ menemukan pengguna BST sengaja atau tidak sengaja, tidak menggunakan fasilitas smart card.

“Berdasarkan hasil evaluasi Selasa (6/5/2014), GIZ memaparkan bahwa indikasi kebocoran uang tiket itu benar terjadi. Ketika penumpang naik BST, sengaja atau tidak sengaja mereka tidak memencet tombol ticketing,” jelas Kasi Angkutan Orang Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Solo, ditemui solopos.com di ruangannya, Rabu (7/5/2014).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Taufiq menuturkan rapat evaluasi Selasa lalu, dihadiri oleh operator BST yakni PT Bengawan Solo Trans dan Perum Damri serta penyedia jasa layanan smart card, PT Aino dan PT Antama. PT Aino adalah penyedia jasa layanan untuk BST koridor I sementara PT Antama melayani koridor II.

Ekspedisi Mudik 2024

Dari rapat evaluasi itu, Taufiq menyebut Dishubkominfo memberikan sejumlah masukan kepada operator BST dan penyedia jasa layanan smart card. “Kami sebagai regulator bertugas memberi pengawasan lebih ketat. Sementara operator BST diharapkan memberi pengawasan dan pembinaan bagi krunya. Untuk penyedia layanan disarankan memperbaiki sistem ticketing-nya,” urai Taufiq.

Dari rapat itu pula, lanjutnya, PT Antama berkomitmen memasang sejumlah closed circuit television (CCTV) pada seluruh armada BST koridor II. Sementara dari PT Aino belum memutuskan langkah selanjutnya, lantaran hanya dihadiri staf. “Kalau tindak lanjut PT Aino belum dijelaskan, karena perwakilan PT baru akan menyampaikan temuan itu kepada pimpinan mereka,” imbuhnya.

Nantinya melalui CCTV, sambung Taufiq, kontrol pusat bisa langsung mengecek keterisian BST. “Kalau ada penumpang masuk tidak memencet tombol ticketing dari kontrol pusat langsung bisa mengeklik tombol secara online. Sehingga diharapkan mampu mencegah kebocoran,” ungkap dia.

Berdasarkan data dari GIZ, permasalahan kebocoran ticketing antara BST koridor I dan II mengalami perbedaan. Pada BST koridor I, single trip tidak difungsikan dan penumpang mendapatkan tiket sobekan. Fasilitas smart card pun juga jarang digunakan. Angka keterisian BST koridor I per harinya mencapai 8000 penumpang. Hasil survey GIZ mendapatkan angka keterisian penumpang 37 per hari per bus, data PT DAMRI sebagai operator merilis hanya sebanyak 21 penumpang per hari per bus.

Sementara permasalahan ticketing pada BST koridor II, penumpang lebih sering mendapatkan tiket sobekan daripada menggunakan fasilitas touchscreen ticket. Per hari angka keterisian penumpang mencapai 3000 orang saat weekdays, dan 1100 orang saat hari akhir pekan. Berdasar survey GIZ, rata-rata penumpang per bus per hari sebanyak 22 orang, dan data dari PT BST hanya sebanyak 20 penumpang per hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya