SOLOPOS.COM - Bus Batik Solo Trans (BST) di Bandara Adi Soemarmo (JIBI/Solopos/Dok)

Batik Solo Trans diusulkan masuk kampus UNS Solo.

Solopos.com, SOLO — Keberadaan angkutan publik di Solo selama ini dipandang belum mengoptimalkan sejumlah rute bangkitan penumpang. Salah satu yang potensial untuk dikembangkan adalah wilayah kampus atau perguruan tinggi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Soloraya, Budi Yulianto, mengemukakan penyedia layanan transportasi umum bus Batik Solo Trans semestinya mulai mengarahkan trayeknya melalui sejumlah kampus yang tersebar di Kota Bengawan.

“Harusnya mahasiswa dilayani. Jumlah mahasiswa di UNS saja ada 3.500 orang [per angkatan] dan civitas academika paling tidak ada 2.000 orang. Sebagian besar di antaranya menggunakan kendaraan pribadi. Padahal ketersediaan ruang parkirnya tetap. BST bisa jadi solusi,” katanya saat ditemui wartawan di sela Sosialisasi BST di Fakultas Teknik UNS, Selasa (17/11/2015) siang.

Lebih lanjut Budi mengemukakan wacana bus masuk kampus yang bertujuan meningkatkan kesadaran warga menggunakan transportasi publik tersebut membutuhkan komitmen kerja sama pemerintah dan pihak universitas.

“Harapan kami ada sinergi antara Pemkot Solo dan pihak universitas. Pemerintah punya komitmen yang tinggi untuk membuat kebijakan transportasi publik yang berkelanjutan. Di sisi lain universitas juga punya komitmen untuk membuat green campus yang salah satu tujuannya menurunkan emisi CO2 dengan menekan penggunaan kendaraan bermotor,” terangnya.

Menurut Budi, kampus menjadi salah satu potensi bangkitan angkutan umum mengingat jumlah mahasiswa dan civitas akademikanya yang besar.

“Kampus ini bangkitan potensial. Kalau pelayanan ke semua kampus di Solo dioptimalkan tentunya ada peningkatan penumpang yang signifikan dan penggunaan kendaraan pribadi bisa ditekan,” paparnya.

 

Salah seorang mahasiswa Teknik Sipil UNS, Muhammad Rizki Ardiansyah, 19, menyambut baik wacana BST bisa masuk kampus. Mahasiswa yang tinggal di Pajang, Laweyan, ini berharap pemerintah memberikan kelonggaran tarif bagi kalangan mahasiswa.

 

“Selama ini sekali naik BST tarifnya Rp4.500. Kalau PP berarti butuh Rp9.000. Padahal kalau naik sepeda motor, saya beli bensin Rp20.000 bisa untuk tiga hari. Dengan adanya diskon khusus, misalnya setengahnya seperti pelajar, kemungkinan banyak yang mau beralih naik BST,” katanya.

 

Rizki menuturkan selain tarif, pemerintah juga diharapkan segera membuka rute lain untuk memberikan pelayanan maksimal kepada publik. “Harapannya naik angkutan umum bisa kemana-mana. Kalau sekarang disuruh naik BST dua koridor doang susah gesernya. Ujung-ujungnya masih tergantung sepeda motor,” bebernya.

 

Menanggapi usulan tersebut, Kasi Angkutan Orang Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo), Taufiq Muhammad, mengatakan pihaknya bakal membuka kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi untuk merealisasikan gagasan bus masuk kampus. “Kami akan setting ini. Butuh pertimbangan lebih terkait jalan dan privasi seperti apa. Untuk tarif nanti kami bicarakan dulu,” jelasnya.

 

Menurut Taufiq, selama ini dua koridor BST sudah menjangkau beberapa perguruan tinggi di antaranya UMS, UNS, dan Unsa. “Untuk UTP nanti bisa terkaver Koridor IV, Uniba dilewati BST Koridor III, sedangkan Unisri terakomodasi Koridor VII. Tapi operasionalnya memang masih menunggu proses,” singkatnya. (Mahardini Nur Afifah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya