SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Busana batik saat ini bisa memasuki berbagai lini, dari kelas premium hingga kelas bawah. Fleksibilitas batik yang bisa digunakan untuk berbagai acara santai hingga formal membuat banyak perajin batik mengembangkan busana batik ready to wear (siap pakai). Awalnya perajin memasarkan sendiri produk lewat cara konvensional, transaksi langsung di tempat produksi atau lewat jalur online. Namun seiring dengan banyaknya persaingan baik antara perajin batik maupun imbas dari “batik” atau tekstil motif batik dari China, mereka mencoba memasarkan batik ke gerai bermodal besar yang bisa menjembatani pemasaran produk mereka.

“Kain batik produksi kami sudah sepuluh tahun ini disetorkan ke perusahaan batik besar di Solo, juga di Jogja. Mereka minta tanpa label, jadi ya kami penuhi saja. Yang penting produksi batik kami bisa tetap terus berjalan tanpa ada kendala dana,” kata Ramno, pengusaha batik tulis di Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ramno masih menggunakan cara transaksi konvensional, direct selling (penjualan langsung).  “Ada uang ya ada barang, kami belum berani melakukan transaksi online,” ungkapnya.

Berbeda dengan sebagian besar perajin batik di Kampoeung Batik Laweyan maupun Kauman, Solo, yang sudah masuk ke perdagangan online. “Sebagian besar customer kami melakukan transaksi secara online. Termasuk pesanan dari Papua, yang menginginkan dibuatkan batik dengan motif khas Asmat juga melalui online,” kata Juliani, salah satu pemilik Batik Mahkota Laweyan, Solo.

Menurutnya, transaksi online baru dilayani ketika customer sudah mentransfer uang sesuai pesanan. “Kami menjalankan bisnis kepercayaan, tentu saja kredibilitas kami jaga di depan customer sehingga memenuhi permintaan sesuai pesanan dan mengirimkan tepat waktu.”

Hal tersebut juga dilakukan oleh Butik Dian Arto, yang di Kampoeng Batik Laweyan, Solo. “Kami melayani customer secara langsung maupun secara online sehingga bisa diakses dengan mudah. Namun untuk pemesan online biasanya kami berlakukan batas minimal pemesanan,” kata Dian Sastro, pemilik Butik Dian Arto.

Hal senada juga dilakukan oleh Gee Batik, produsen batik tulis di Baciro, Jogja. “Dari awal produksi, kami sudah menggunakan website sebagai sarana promosi dan pemasaran produk kami. Hingga Gee Batik dikenal di mancanegara, termasuk Eropa,” ungkap Sugeng Waskito, perajin juga pemilik Gee Batik.

Pemasaran secara online, sambungnya, selain praktis juga membuka peluang konsumen yang tak terbatas. “Selain website resmi, kami juga membuat akun Facebook untuk melakukan promosi produk kami,” lanjut Sugeng yang juga perancang busana untuk produksi batiknya.

Demikian pula yang dilakukan Batik Warna Alam Rosso, di Banguntapan, Bantul, mengandalkan promosi dan pemasaran secara online.  “Selain itu kami mengikuti pameran-pameran di Jakarta, Batam dan pameran serta workshop batik warna alam di mancanegara,” tutur Surosso pemilik Batik Warna Alam Rosso.

Untuk memikat buyer, pihaknya memilih desain baju batik ready to wear yang simpel, modern dan memiliki ciri khas cutting asimetris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya