SOLOPOS.COM - Busana karya Maharani Setyawan, Lurik Prasojo Pedan Klaten, tampil saat digelar London Fashion Week 2019 lalu. (Istimewa/dokumentasi pribadi Maharani Setyawan).

Solopos.com, KLATEN – Pengusaha lurik Maharani Setyawan tak hanya turut merawat wastra nusantara. Wanita yang akrab disapa Rani itu juga ikut meningkatkan mutu kain tradisional menjadi busana yang lebih fashionable berkat inovasi yang dilakukan.

Rani adalah istri dari Hanggo Wahyu Amerto, generasi ketiga Lurik Prasojo yang beralamat di Dukuh Pencil, Desa Bendo, Kecamatan Pedan. Nama besar Lurik Prasojo sudah dikenal sejak lama.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lurik Prasojo sudah ada sejak 1950 dan berada di daerah sentra perajin lurik di Klaten. Rani mengelola Lurik Prasojo selama hampir 15 tahun terakhir.

Lurik sebelumnya dipandang sebagai busana yang kaku dengan motif garis lurusnya. Tak ingin konsumen bosan dengan lurik yang itu-itu saja, Rani melakukan berbagai inovasi dengan ide-ide segarnya. Salah satunya menghadirkan perpaduan lurik dan batik.

Ide itu tercetus ketika Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) dan daerah mengeluarkan kebijakan penggunaan seragam lurik.

Baca juga: 12 Desainer Pamerkan Beragam Busana Wastra Nusantara di Bali

“Waktu itu pegawai se-Jateng diimbau mengenakan lurik. Kalau hanya lurik saja, lama kelamaan bosan. Akhirnya ada ide saya harus punya ciri khas batik di Klaten,” kata Rani saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (30/9/2022).

Rani melakukan berbagai inovasi memadukan lurik dan batik dalam satu busana. Mulai dari memadukan motif pakem hingga mengolaborasikan dengan motif kontemporer. Rani membikin desain disesuaikan tren kekinian.

Ide-ide kreatif Rani membuahkan hasil. Lurik Prasojo semakin dikenal. Konsumen berdatangan dari berbagai daerah, kepincut dengan aneka desain yang dimunculkan Lurik Prasojo. Kain lurik pun kian dilirik.

“Konsumen selalu penasaran, besok ada apa lagi di Lurik Prasojo. Jujur, saya tidak melakukan marketing sama sekali [konsumen berdatangan dari getok tular]. Saya mengikuti tren yang berkembang di luar dan apa yang dimaui konsumen,” ungkap dia.

Rani pun turut menampilkan desain karyanya pada ajang fashion show. Kali pertama dia mengikuti show di Solo Batik Fashion. Pada show itu Rani menampilkan tema nyeleneh.

Baca juga: Pemkab Klaten Kembangkan Kawasan Industri Lurik, Ini Strateginya

Dia menghadirkan desain busana winter memadukan bahan lurik yang tebal dipadukan dengan batik serta penutup telinga, topi, dan bot. Desain karya Rani memikat perhatian model dan aktor, Bertrand Antolin.

“Kebetulan ada Bertrand. Saya itu tidak kenal. Saat melihat show saya nyamperin ke saya dan bilang kalau dia membayangkan yang ditampilkan itu ditampilkan di Eropa saat winter. Ternyata itu menjadi doa,” kata Rani.

Hingga Rani mendapatkan kesempatan menampilkan desainnya pada London Fashion Week pada 2019 setelah melalui proses seleksi. Ajang itu tak disiasiakan Rani untuk mengenalkan wastra nusantara ke dunia.

Dari ajang itu pula nama Rani serta Lurik Prasojo kian melambung. Seusai show tersebut, Rani diburu para desainer dunia di belakang panggung. “Kalau di follow up itu bisa sampai ke pasar ekspor,” ungkap dia.

Disinggung kondisi Lurik Prasojo saat awal pandemi Covid-19, Rani mengakui turut terdampak. Kunjungan ke Lurik Prasojo seketika terhenti menyusul ada berbagai penerapan pembatasan. Padahal, kunjungan secara offline sebelumnya menjadi andalan Lurik Prajoso.

Baca juga: Selalu Tampil Modis dan Fit, Ini Rahasia Calon Bupati Klaten Sri Mulyani

Beruntung, Lurik Prasojo sudah merintis membentuk tim market place sebelum ada pandemi Covid-19.

“Saat itu suami saya ngoyak-ngoyak bahwa saat ini itu zamannya market place, jualan online. Saat itu sudah 75 persen create tim untuk market place. Begitu pandemi saya tinggal beberapa langkah lagi jualan secara online,” kata Rani.

Penjualan pun dipindah secara online. Ketika usaha lainnya memilih mengurangi pembiayaan produksi, Rani bersama suaminya justru berani mengeluarkan biaya tambahan untuk tim market place dan mengubah sistem penjualan secara online.

Strategi itu berhasil. Tak perlu waktu lama bagi Lurik Prasojo untuk bangkit di tengah hantaman pandemi Covid-19 dengan berbagai pembatasan-pembatasan yang diterapkan.

Seiring melandainya kasus Covid-19 dan diberlakukan berbagai pelonggaran, kunjungan ke Lurik Prasojo kembali terdongkrak. Sementara, penjualan secara online jalan terus.

Baca juga: INDUSTRI KLATEN : Produksi Ramah Lingkungan, Lurik Cawas Diusulkan Raih Eco Label



Rani pun bersyukur atas pencapaian yang dia peroleh selama ini. Dia berkomitmen untuk terus melestarikan wastra nusantara.

“Hadirnya lurik batik yang bisa ditampilkan, dinikmati, dan dikenakan menjadi pencapaian luar biasa. Ternyata saya tidak hanya di tenun tetapi bisa masuk ke batik. Sekarang lurik batik mulai dilirik karena merupakan sesuatu konsep lain dari yang lain,” kata Rani.

“Batiknya di atas tenun lurik. Ini menjadi dua nilai lebih dalam satu kain,” kata Rani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya