SOLOPOS.COM - Penjaga salah satu stan batik, Sarwini, menunjukkan kain batik hasil kerajinan warga Desa Jarum, Bayat, Klaten, Minggu (23/8/2015), saat digelar festival dan pameran batik di desa setempat. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos)

Batik Klaten yakni batik dari Desa Jarum, Bayat, kini diminati konsumen lokal, namun ekspor lesu.

Solopos.com, KLATEN – Ekspor kerajinan batik asal Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, akhir-akhir ini lesu. Kondisi itu berbanding terbalik dengan minat konsumen lokal yang justru meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Paguyuban Batik Taruntum Desa Jarum, Miyanto, mengatakan selama ini batik alam dan batik kayu buatan para pengrajin Desa Jarum menyasar sejumlah negara Eropa seperti Italia dan Spanyol.

Selain itu, ekspor hasil kerajinan warga Jarum juga sampai ke Amerika Serikat, Filipina, serta Australia.

Sasaran pasar ekspor menjadi andalan para perajin Desa Jarum sejak 2004 lalu lantaran tingginya peminat kerajinan batik terutama batik kayu di luar negeri.

Namun, dua tahun terakhir perdagangan hasil kerajinan ke pasar luar negeri terus menurun.

“Selama dua tahun terakhir ini menurun drastis. Kemungkinan karena guncangan ekonomi yang melanda Yunani berimbas pada ekspor ke Eropa. Kalau kami perkirakan penurunan omzet ekspor mencapai 30%. Sebelumnya dalam setahun itu bisa sampai empat kali kirim barang ke luar negeri. Tetapi, belakangan ini hanya dua kali,” katanya saat ditemui di sela-sela pameran dan festival batik di Desa Jarum, Minggu (23/8/2015).

Kondisi itu berbanding terbalik dengan pasar dalam negeri. Dia mengatakan peminat kerajinan batik asal Desa Jarum terus meningkat mencapai sekitar 300%.

“Kemungkinan level ekonomi di Indonesia yang mulai membaik ikut mengatrol penjualan suvenir. Pasarnya berada di Jogja, Bali, dan Jakarta. Biasanya diambil pedagang-pedagang itu yang kemudian dijual di toko-toko besar,” jelas dia.

Ketua Kelompok Pembatik Kain Desa Jarum, Suratmi, menjelaskan di desanya terdapat 39 pengrajin batik yang terbagi dalam dua paguyuban yakni Putri Kawung dan Taruntum.

Soal pemasaran produk, Suratmi mengatakan beragam cara dilakukan para perajin di desa setempat. Salah satunya memanfaatkan media sosial (medsos). Meski dinilai belum terlalu efektif, pemasaran melalui medsos turut mendongkrak dan menyebarkan hasil karya kerajinan warga setempat.

Pada bagian lain, Kepala Desa (Kades) Jarum, Suratmi, mengatakan Festival Batik Bayat 2015 digelar selama tiga hari yakni Jumat-Minggu (21-23/8/2015). Tahun ini, kegiatan itu dibiayai Pemkab Klaten.

Namun, dari 60 stan pameran yang disediakan panitia, hanya belasan pengrajin yang memamerkan produk mereka. “Seharusnya yang kosong diisi oleh pengrajin dari luar Desa Jarum. Tetapi, ternyata tidak datang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya