SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Karanganyar, Rohadi Widodo, (dua dari kanan), didampingi Pembina UMKM Kabupaten Karanganyar, Hadiasri Widiyasari, (kanan), melihat kain batik khas Girilayu di Balai Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Karanagnyar, Sabtu (5/9/2015). (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Batik Karanganyar, yakni batik Girilayu dikembangkan dalam berbagai motif.

Solopos.com, KARANGANYAR — Para pengrajin batik tulis di Girilayu, Kecamatan Matesih, Karanganyar, menambah koleksi motif khas Batik Girilayu berupa motif durian dan manggis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami kerja sama dengan ISI Jogja pendampingan kader masyarakat wilayah seni. Pengrajin dilatih motif baru. Hasil 1 bulan itu motif baru, yakni Durian dan Manggis,” kata Pembina Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Karanganyar, Hadiasri Widiyasari, saat ditemui wartawan di Balai Desa Girilayu, Sabtu (5/9/2015).

Pada kesempatan itu, sejumlah kelompok perajin batik di Girilayu menyelenggarakan pameran batik sekaligus memamerkan motif baru. Hadiasri menjelaskan Girilayu maupun Matesih penghasil durian dan manggis.

Oleh karena itu, mereka mencoba menuangkan kearifan lokal melalui goresan canting pada kain.

“Akan dijual ke pasar. Semoga diterima pasar sebagai variasi. Mudah-mudahan masyarakat lebih tertarik. Harga yang ditawarkan Rp40.000-Rp50.000 per lembar untuk selendang,” tutur dia.

Untuk diketahui, pengrajin batik tulis di Girilayu bukan hanya membuat batik tulis motif klasik, tetapi juga kontemporer.

Pantauan , mereka membuat motif klasik, seperti Kencar-Kencar, Mahkota Raja, Kembang Kanthil, Pisan Bali, Lar Cakar Ayam, Wirasat, dan lain-lain.

Mereka juga membuat motif tanaman maupun sesuatu yang menjadi ciri khas di Girilayu dan Karanganyar. Seperti, monumen tri dharma, buah duku, buah manggis, buah durian, dan lain-lain.

Pengrajin batik dari Kelompok Batik Vokasi, Martinah dan Wahyu Utami, menuturkan sejumlah pengrajin sudah mengembangkan motif baru bukan klasik.

“Untuk pameran di Semarang. Satu lembar kain jarit Rp250.000-Rp700.000. Bahkan lebih [harga]. Tergantung motif, kerumitan, dan lama pembuatan,” tutur dia.

Sementara itu, Wakil Bupati Karanganyar, Rohadi Widodo, mewacanakan mengubah sistem tiket masuk objek wisata di Karanganyar. Pengunjung tidak diminta membeli tiket dalam bentuk kertas, tetapi dalam bentuk iket.

“Rencana. Masih butuh pemikiran panjang. Siapa tahu bisa menggantikan tiket. Pengunjung masuk objek wisata cukup bayar iket. Sekaligus mempromosikan produk lokal,” ujar dia.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya