SOLOPOS.COM - M. Ferri Setiawan Pelatih Persis Solo, Widyantoro (kanan), memberi arahan saat melawan PSIS Semarangdalam kompetisi Liga 2 di Stadion Manahan, Solo, Kamis (6/7/2017). Tuan rumah Persis Solo berhasil menang skor 1-0 atas PSIS Semarang.

Solopos.com, SOLO – Pendukung Persis Solo barangkali belum lupa dengan penampilan unik Widyantoro saat menjamu PSIS Semarang di Stadion Manahan, Juli 2017 silam.

Di pinggir lapangan, Widyantoro yang saat itu membesut Persis Solo tampil rapi dengan kemeja batik lengan panjang warna hijau kombinasi merah. Asisten pelatih Albert Rudiana, I Komang Putra dan Budi Kurnia pun kompak mengenakan batik berwarna coklat gelap motif Cendrawasih.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Meski batik merupakan kain warisan Nusantara, amat jarang pelatih Indonesia mengenakan kain tradisional itu saat pertandingan. Widyantoro sendiri sebelumnya lebih akrab dengan kemeja polos lengan panjang ketika pertandingan.

Musim Layangan Datang, Petani di Madiun Mengeluh Sawahnya Rusak Diinjak Anak-Anak

Namun sanksi menonton tanpa atribut yang dijatuhkan PSSI pada Pasoepati memantik simpati Wiwid, sapaan akrabnya. Sejak saat itu Wiwid hobi mengenakan batik, pakaian yang sama-sama dikenakan suporter saat menjalani sanksi.

Tiga tahun berselang, Wiwid ternyata masih menyimpan batik bersejarah tersebut di kediamannya di Magelang. Mendengar hal itu, Mayor Haristanto langsung menghubungi pelatih yang kini menangani Persijap Jepara tersebut. Mayor ingin batik Wiwid melengkapi koleksi Museum Titik Nol Pasoepati.
“Saya ngobrol dengan coach Wiwid sejak 19 Juli kemarin. Saya menilai batik ini sangat ikonik dengan sosok beliau saat melatih Persis,” ujar pendiri Museum Titik Nol Pasoepati itu saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (15/10/2020).

Segera Dipajang

Pucuk dicinta ulam tiba. Dengan bantuan pustakawan Universitas Tidar Magelang, Dicki Agus Nugroho, Mayor “menjemput” batik tersebut di kediaman Wiwid di Magelang. Batik itu rencananya diantar Dicki untuk dipajang di museum, Sabtu (17/10/2020).

“Dicki kebetulan pernah magang di Republik Aeng-aeng saat mahasiswa. Sekarang dia tinggal di Magelang. Jadi saya minta tolong dicangkingke sekalian batiknya saat pulang kampung,” ujar Presiden Republik Aeng-aeng itu sambil terkekeh.

Jaga Ketahanan Pangan, TPID Solo dan Pedaringan Luncurkan Aplikasi Tumbasembako

Mayor menilai batik milik Wiwid dapat menjadi pembelajaran bahwa sepak bola pun bisa menjadi media mengenalkan budaya Nusantara. “Mungkin coach Wiwid menjadi satu-satunya pelatih di dunia yang berbatik. Kehormatan bagi saya bisa menyimpan batik ini untuk edukasi generasi muda.”

Widyantoro mengaku selalu terkesan dengan kain batik. Motif batik yang dikenakannya di musim 2017 pun berganti-ganti mulai parang klitik hingga parang barong. “Selain keramahtamahannya, batik menjadi ciri khas Solo. Saya ingin ikut membatikkan Kota Solo, untuk Indonesia dan dunia internasional,” ujar pelatih asal Magelang itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya