SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kristanto berada di Museum Fosil di kompleks Museum Brojobuwono, Gondangrejo, Kamis (7/2/2013).

Basuki Teguh Yuwono adalah empu keris yang tak mudah dikendalikan oleh pemesan. Meski kerisnya dihargai di atas Rp500 juta sekalipun, lulusan Jurusan Kriya Kayu, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini selalu menolak pesanan membuat keris jika diberi tenggat waktu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baginya, keris adalah cermin budaya. Ia tak boleh diciptakan karena ketergesaan atau desakan pihak lain. Keris, ujarnya, harus benar-benar lahir oleh sebuah proses dan penempaan yang matang. “Bahkan, sang pemesan keris harus terlibat aktif dalam proses penciptaannya. Mulai dari puasa, laku batin, penelitian, hingga mengenal karakternya sendiri,” jelas Basuki.

Inilah jalan seorang empu keris yang ditempuh Basuki. Meski tergolong rumit, panjang, dan melelahkan, Basuki menikmatinya sebagai sebuah penghargaan kepada mahakarya keris. Ia mengaku lebih setia mengikuti proses penciptaan keris itu jauh di atas kepentingan ekonomi atau pribadi.

“Tak semua orang yang pesan keris saya penuhi. Bukan persoalan biayanya namun soal kesesuaian antara kepribadian pemesan dengan pesanan,” jelasnya.

Inilah barangkali yang membuat Basuki tak menerima pesanan keris melalui telepon, utusan, perwakilan atau media lain. Baginya, bertemu langsung dengan pemesan keris adalah syarat utama jauh sebelum memutuskan untuk memenuhi pesanan atau menolaknya.

“Dengan bertemu langsung, saya akan membaca kepribadian pemesan, usianya, kesungguhan niatnya, dan identitas lainnya. Jika sesuai, barulah keris diciptakan,” paparnya, Sabtu (9/2/2013).

Setelah diputuskan keris dibuat, Basuki baru bergerak. Proses pembuatan keris inilah yang menelan waktu cukup panjang. Tak jarang sampai berbulan-bulan hingga bertahun-tahun lamanya. Baginya, setiap keris memiliki masa pembuatan yang berbeda-beda tergantung dari serangkaian tahapan yang dilewati.

Keris Ki Naga Minulya misalnya, Basuki membutuhkan waktu sekitar dua tahun. “Semua disesuaikan dengan karakter keris. Untuk penempaan, pembuatan pamor keris, upacara, pencarian bahan, sampai dengan kirabnya butuh waktu lama,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya