SOLOPOS.COM - Basuki Teguh Yuwono. (FOTO/Istimewa)

Basuki Teguh Yuwono. (FOTO/Istimewa)

Bangunan itu berdiri di sebuah desa yang jauh dari keriuhan kota. Orang-orang biasa menyebutnya Museum Brojobuwono. Gedungnya elegan, kuno, dan terasa teduh. Saat Espos menginjakkan kaki di pelataran museum itu, imaji seakan diajak terbang menelusuri lorong-lorong sebuah kerajaan di masa silam. Di sana, ada patung, stage, tangga dengan batu alam, serta aneka tanaman berdaun lebar.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

“Dari SOLOPOS ya?” tanya seorang pemuda berbalut selendang kain putih menyerupai empu, Kamis (7/2).

Dia adalah Kristanto, anak buah Basuki Teguh Yuwono.  “Mari ke dalam saja,” ajak Kristanto dengan ramah.

Wonosari, itulah nama desa tempat museum keris itu bersemayam. Jaraknya dari Kota Solo sekitar 14 km, tepatnya di Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar. Perjalanan menelusuri museum yang diresmikan 12 Mei 2012 lalu itu sungguh menakjubkan. Di sana, terdapat ratusan bilah keris, termasuk keris tangguh sepuh, tombak, pedang, dan senjata tradisional dari sejumlah daerah. Ada lagi sebilah keris agak panjang yang disorot lampu bertengger di sebuah ruangan khusus.

“Keris itu bahannya diambil dari pasir besi Gunung Merapi. Namanya Ki Naga Minulya,” jelas Kristanto.

Bergeser ke bawah, terdapatlah sebuah gua yang didesain untuk menyimpan fosil-fosil binatang purba ribuan tahun silam. Ada fosil gading gajah, kepala gajah, dan tulang belulangnya.

“Ini adalah hasil kerja keras Basuki yang didukung penuh oleh keluarga,” kata Suharno, ayah Basuki.

Basuki, seperti yang diutarakan ayahnya tadi, memang aktor di balik kelahiran museum keris itu. Di jagat perkerisan, nama Basuki sudah tak asing lagi. Sejak 13 tahun silam, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini mulai dikenal publik sebagai seorang empu keris. Ratusan keris ia ciptakan dengan penuh totalitas. Puluhan negara dan benua telah ia singgahi untuk sebuah misi suci, yakni mengangkat martabat keris Nusantara sebagai warisan dunia.

“Keris adalah hasil cipta karya budaya yang utuh. Ia sebagai identitas personal pemiliknya namun juga bahasa ungkap universal untuk menyatukan bangsa. Makanya, keris harus dilakukan sebagaimana mestinya,” urai Basuki saat dihubungi Espos, Sabtu (9/2). Dia baru saja menghadiri sebuah kirab keris di Kutai, Kalimantan Timur.

Dalam menciptakan keris, Basuki tak pernah setengah-setengah. Ia selalu mencoba memadukan spirit keilmuan dan konsistensi pada nilai-nilai tradisi. Sebagai seorang ilmuwan, Basuki memperlihatkan diri sebagai sosok yang haus pengetahuan, penelitian, dan juga eksperimen.

Ia rupanya ingin menghidupkan kembali budaya keris di atas kaidah adat, tradisi, dan ritual sebagai bagian spiritualisme Jawa. “Keris itu harus dilihat secara utuh, mulai historisnya, mistisnya, seninya, teknologinya, ekonominya, hingga nilai-nilai intrinsik di dalamnya,” tambahnya.

Pria kelahiran 11 September 1976 ini memang kenyang beasiswa dari sejumlah pihak semasa kuliah di ISI. Salah satunya dari Yayasan Seni Rupa Indonesia. Kesempatan itu ia manfaatkan untuk melakukan penelitian, upaya pelestarian, serta pengembangan keris di Bali, Kalimantan, Tanjung Pinang, Jambi, Palembang, Madura, Lombok, dan Makassar. Ia pun juga aktif mendirikan padepokan keris di sejumlah daerah serta terlibat dalam proyek restorasi benda bersejarah di Keraton Kasepuhan Cirebon, mendampingi seorang profesor dari Belanda.

Walau dia belum tergolong sepuh dan masih lajang, karya keris Basuki telah menembus sisi terdalam para pencinta keris dari mancanegara. Ada yang dari Belanda, Amerika, Asia, hingga Prancis. Basuki telah membuktikan kepada dunia bahwa keris warisan Nusantara bukanlah sekadar senjata tradisional bernilai seni. Melainkan sebuah cipta karya yang utuh, berkepribadian, syarat tata nilai, dan kaya makna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya