SOLOPOS.COM - Fara Adellya Natasya, 18, bersama ibunya, Siti Ledtari, 47, saat berbincang di ruang tamu rumahnya di Dukuh Grumbul, Desa Pengkol, Tanon, Sragen, Jumat (10/5/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Suara bising mesin penggilingan gabah terdengar nyaring. Selepan gabah itu terletak di samping rumah Siti Lestari, 47, yang tinggal di Dukuh Grumbul RT 003, Desa Pengkol, Kecamatan Tanon, Sragen. Dari balik pintu ruang tamu ada sosok gadis yang baru lulus dari SMAN 1 Tanon, Sragen, Fara Adellya Natasya, menyapa ramah saat wartawan bertandang ke rumahnya, Jumat (10/5/2024).

Fara yang lahir di Sragen, 11 April 2006, tercatat sebagai calon haji kloter 87 yang bakal berangkat ke Tanah Suci Makkah pada 3 Juni 2024 mendatang. Fara baru berusia 18 tahun. Ia menjadi calon haji termuda dari 751 calon haji di Kabupaten Sragen.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Menjadi calhaj termuda Sragen. Fara merasa senang bisa naik haji menggantikan ayahnya, Eko Budi Hartono, yang meninggal dunia pada 7 Februari 2021 lalu. Ia tak berpikir sebelumnya untuk naik haji bersama ibunya, Siti Lestari. Awalnya, ayahnya yang rencana berangkat haji bersama ibunya.

Mereka sudah mendaftarkan diri sebagai calon haji pada 22 Mei 2012 lalu. Namun, takdir sang ayah harus dipanggil Tuhan sehingga tidak bisa berangkat bareng. Akhirnya, Siti memutuskan untuk mendaftarkan suaminya yang sudah meninggal untuk ikut badal haji pada 2024 ini.

“Ya, nanti berangkat bareng sama Ibu. Awalnya saya menggantikan ayah yang meninggal. Sebenarnya kakak dulu yang ditanya kesediaannya menggantikan ayah tetapi kakak tidak bisa. Akhirnya, saya yang ditunjuk berangkat. Saya tidak terpikir sebelumnya. Saya harus menyiapkan mental. Sekarang rasanya senang bisa berangkat haji di usia muda,” ujar Fara dengan mata berkaca-kaca tetapi ada senyum di bibirnya.

Fara anak bungsu dari dua bersaudara. Ia baru lulus SMAN 1 Tanon pada 2024 ini. Dia berencana melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan mengambil program studi Ekonomi pembangunan. “Saya sedih ditinggal Ayah. Saya sempat mimpi bertemu Ayah. Nanti sesampai di Tanah Suci, saya akan berdoa khusus untuk Ayah,” jelasnya.

Siti pun senang bisa berangkat dengan putrinya yang bakal menjadi calhaj termuda Sragen ke Makkah pada tahun ini. Dia sudah menunggu untuk ibadah haji sejak 2012 atau 12 tahun. Siti pun berinisiatif mendaftarkan suaminya untuk badal haji saat pelunasan biaya haji sebelum Bulan Puasa 2024. Dia mengatakan Fara statusnya berhaji sendiri karena suaminya sudah ikut program badal haji.

“Dulu pernah berniat umrah berempat, saya, suami, dan dua anak saya. Tetapi tidak jadi berangkat. Dan sekarang malah bisa langsung berhaji. Selama kami berangkat haji, rumah diserahkan kepada anak sulung, kebetulan tinggalnya tidak jauh dari rumah juga,” ujar Siti.

Siti memiliki usaha selepan gabah. Ia mengelola selepan itu selama 20 tahun. Dia berkisah sebenarnya dijadwalkan berangkat haji pada 2021 lalu tetapi kebetulan ada pandemi Covid-19 sehingga mundur sampai 2024 ini. “Kami bersyukur, kami bisa berangkat ke Tanah Suci tahun ini. Harusnya bersama suami tetapi Allah berhendak lain. Saya bisa berangkat dengan anak,” ujar Siti.

Siti mendaftar haji pada 2012 dengan biaya pendaftaran Rp25 juta. Saat hendak berangkat di 2024, Siti harus melunasi kekurangan senilai Rp32 juta, selebihnya ada subsidi dari negara. Siti dan anaknya berangkat berhaji lewat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) Yasin Gemolong, Sragen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya