SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kualitas bangunan SD Dodokan II di Dusun Loh Putih, Desa Jatimulyo, Dlingo, Bantul dinilai tidak wajar

Harianjogja.com, BANTUL – Kualitas bangunan SD Dodokan II di Dusun Loh Putih, Desa Jatimulyo, Dlingo, Bantul dinilai tidak wajar. Gedung sekolah yang dibangun pemerintah itu rusak dalam waktu tiga tahun setelah diresmikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kerusakan bangunan sekolah di SD Dodokan II Dlingo sudah terjadi sejak 2009. Namun, bertahun-tahun bangunan sekolah negeri itu tak pernah disentuh pemerintah untuk diperbaiki.

Kepala SD Dodokan II Supriyanto mengungkapkan bangunan sebanyak tiga ruangan masing-masing seluas 56 meter persegi itu dibangun pada 2005 serta diresmikan dan diserahkan pemerintah untuk digunakan pada 2006 silam.

Namun, baru sekitar tiga tahun digunakan, kerusakan bangunan terjadi di mana-mana. “Ada yang eternitnya rusak, kasaunya rusak,” ungkap Supriyanto, Jumat (22/9/2017).

Anehnya kata dia, gedung tersebut dibangun menggunakan kayu dengan kualitas serampangan. Antara lain kayu sengon dan duren. Padahal, untuk sekelas bangunan sekolah yang merupakan proyek pemerintah, kayu berkualitas rendah tersebut tak lazim digunakan.

Bangunan sekolah semestinya menggunakan kayu dengan kualitas lebih baik seperti jati atau akasia. Namun, Supriyanto tak tahu siapa kontraktor yang membangun sekolah pada masa kepemimpinan Bupati Bantul Idham Samawi tersebut. “Sebab saya masuk ke sini baru 2013 lalu,” imbuh dia.

Karenanya dirinya tak heran bila bangunan itu cepat rusak belum sampai lima tahun. “Memang pada 2006 itu ada gempa tapi tidak sampai merusak bangunan. Apakah karena gempa itu membuat rangka bangunan bergeser saya tidak tahu. Tapi seharusnya, kalau bahan bangunannya kuat kondisinya tidak separah ini dan tidak cepat rusak,” imbuh dia.

Sejak mulai rusak pada 2009, tidak pernah ada perbaikan dari pemerintah. Kondisinya terus memburuk sampai sekarang. Padahal kata Supriyanto, sejak ia mulai bekerja di sekolah tersebut, setiap tahun ia mengusulkan perbaikan bangunan ke Pemkab Bantul. Pengusulan dilakukan hingga terkahir 2017 ini.

Tiga ruangan itu dulu pernah digunakan untuk ruang guru dan perpustakaan sebelum kondisinya separah sekarang. “Tapi kemudian kami kosongkan karena saya pernah hampir tertimpa genteng dari atas. Setelah kami cek dari atas, ternyata rangka atapnya sudah rusak parah dan lapuk tinggal menungu roboh saja,” lanjutnya lagi.

Ia berharap, pemerintah segera turun tangan memperbaiki bangunan tersebut. Sebab, bila sampai roboh dikhawatirkan akan mengenai manusia maupun bangunan lain yang ada di sekitarnya. Apalagi anak-anak sekolah sering berkeliaran di kompleks SD Dodokan II.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul, Didik Warsito mengatakan, belum mengetahui detail terkait kondisi bangunan tersebut serta bagaimana awal mula kerusakan sebab dirinya baru menjabat Kepala Disdikpora pada 2017 ini.

Namun yang ia ketahui, bangunan tersebut rencananya akan dibangun menggunakan dana bantuan pihak ketiga atau Corporate Social Responsibility (CSR). Bantuan pihak ketiga sangat diharapkan lantaran tidak anggaran dari pemerintah untuk membiayai rehab gedung pada anggaran 2017 ini.

Terkait, kualitas bangunan yang tidak sesuai spesifikasi, Didik menyatakan masih mencermati masalah yang terjadi pada bangunan tersebut. Sepengetahuannya, sekolah itu merupakan hasil penggabungan dua skeolah, sehingga pemerintah harus hati-hati saat membuat kebijakan  terkait bangunan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya