SOLOPOS.COM - Hidran. (Antara)

Baru ada 3 kampung di Jogja yang punya hidran kering

Harianjogja.com, JOGJA-Pengadaan hidran kering di seluruh kampung Jogja dikhawatirkan berjalan lambat. Pasalnya, penerapanya bergantung pada ketersediaan anggaran Pemkot Jogja setiap tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jogja pemasangan hidran kering baru dilakukan di tiga kampung yakni Pathuk, Prawirodirjan, dan Kauman pada 2015.

Sementara, jumlah kampung di Jogja mencapai 223. Anggaran yang digelontorkan sebesar Rp200 juta per kampung. Rencananya, pada 2016 pemasangan hidran kering dilakukan di satu kampung di Kotagede serta penambahan lima pilar hidran di tiga kampung yang sudah ada.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jogja Budi Purwono membenarkan penerapan hidran kering di tengah kampung bergantung pada ketersediaan anggaran.

Kendati demikian, secara pribadi ia menargetkan dalam kurun waktu 10 tahun, hidran kering dapat diterapkan di seluruh kampung.

“Kalau hasil evaluasi 2017 mendatang lancar bisa diteruskan selama ada anggarannya sehingga seluruh kampung terakomodasi,” ujarnya di sela-sela peresmian penggunaan hidran kering dan simulasi Kampung Tangguh Bencana (KTB) di Pathuk Kelurahan Ngampilan, Minggu (15/11/2015).

Menurutnya, hidran kering perlu dipasang di kampung-kampung sebagai bentuk antisipasi dan penanganan dini bencana kebakaran di permukiman padat penduduk.

Terlebih, kata Budi, lebar jalan kampung di Jogja relatif kecil berkisar satu sampai dua meter dan menyulitkan kendaraan pemadam kebakaran masuk ke dalam apabila terjadi kebakaran.

Ia menuturkan, hidran kering menjadi infrastruktur pendukung KTB di Jogja dan saat ini terdapat 55 KTB yang dibentuk sejak 2013.

Disebutkannya, dalam satu kampung bisa terdapat beberapa pilar hidran kering tergantung dari kepadatan penduduk dan luas wilayah. Budi menguraikan, Pathuk dan Kauman memiliki tiga pilar hidran kering, sedangkan Prawirodirjan dua pilar.

Ia juga mengungkapkan pemilihan tiga kampung sebagai pilot project hidran kering berdasarkan kajian karakteristik. “Tiga kampung ini memiliki karakteristik yang berbeda, Pathuk identik dengan kawasan industri, Prawirodirjan permukiman padat penduduk tepi sungai, dan Kauman mewakili tengah kota,” tutur Budi.

Terkait angka kasus kebakaran, ia menjelaskan tidak bisa dijadikan patokan sebagai dasar penempatan hidran kering. Pasalnya, selama ini kasus kebakaran di Jogja menyebar dan tidak dapat dipastikan potensi lokasinya karena kejadian tersebut dipicu oleh kesalahan manusia.

Ketua RW 5 Sanggrahan Pathuk Ngampilan Paiman mengaku senang dengan keberadaan hidran kering. “Memang belum seluruhnya tetapi untuk awal sudah baik dan warga juga memiliki sumur umum yang bisa digunakan sewaktu-waktu sebagai sumber air apabila terjadi kebakaran,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya