SOLOPOS.COM - Camat Cawas, Muh. Nasir, menandatangani deklarasi gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) di halaman pendapa Kabupaten Klaten, Minggu (12/11/2017). (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Dari 26 kecamatan di Klaten hingga kini baru satu kecamatan yang mendeklarasikan bebas BAB sembarangan.

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten terus menggenjot program pemasangan jamban di rumah-rumah yang belum punya untuk mewujudkan open defecation free (ODF) atau bebas dari kebiasaan buang air besar (BAB) sembarangan di seluruh wilayah kabupaten tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ini, dari 26 kecamatan di Klaten, baru satu kecamatan serta 101 desa yang sudah bebas BAB sembarangan. Untuk itu, Pemkan Klaten menyiapkan 2.500 jamban guna mewujudkan Klaten bebas kebiasaan BAB sembarangan pada 2018.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Cahyono Widodo, mengatakan kecamatan Cawas menjadi satu-satunya kecamatan di Klaten yang bebas BAB sembarangan. Minimnya kesadaran dan mahalnya biaya pembangunan jamban disebut-sebut menjadi faktor kendala penanganan bebas BABS di Klaten.

“Maka kami lakukan pemicuan-pemicuan seperti sosialisasi hingga verifikasi kawasan bebas BAB sembarangan. Kami juga berencana mendirikan 2.500 jamban tahun depan. Ini hanya pemicuan, selanjutnya kami meminta warga juga membangun jamban secara swadaya,” ujar dia saat ditemui wartawan di sela-sela jalan sehat memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-53 di Pendapa Pemkab Klaten, Minggu (12/11/2017).

Cahyono menjelaskan dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penandatanganan komitmen Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dinkes Klaten mengajak masyarakat untuk mempraktikan hidup sehat dengan cara rutin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, menghindari rokok, cek kesehatan berkala, dan lainnya.

Camat Cawas, Much. Nasir, mengatakan upaya untuk menjadikan Cawas bebas BABS dimulai sejak 2014. Semula ia menargetkan Cawas bebas BAB sembarangan pada akhir 2016. Namun, target itu mundur menjadi Maret 2017.

“Pada Maret lalu kami mendeklarasikan Cawas bebas BABS. Ini bukanlah hasil dari proses yang singkat,” ujar dia.

Menurut Nasir, kunci keberhasilan itu adalah kesadaran masyarakat yang ditanamkan melalui kader-kader kesehatan mulai dari Posyandu, PAUD, PKK, dan lainnya. “Ini juga berkat komitmen dari masing-masing stakeholder seperti PKK, dinas terkait, kepala desa, BPD. Semua kami libatkan.”

Tak hanya itu, Nasir juga membentuk tim khusus di tingkat desa yang dibina kecamatan agar menggerakkan pembangunan jamban dan memverifikasi apakah desa telah bebas BABS atau belum. “Kami terus berupaya bagaimana menjaga lingkungan yang sehat,” beber dia.

Awalnya, angka BAB sembarangan di Cawas tergolong tinggi. Cawas dilalui tujuh sungai yang melintasi hampir setiap desa. Jumlah keluarga yang masih BAB sembarangan beragam salah satunya yang paling banyak adalah di Mlese yang dilintasi Sungai Mlese sebanyak 25 rumah.

“Kami lalu bikin tim. Kami lakukan verifikasi 2-3 kali sampai desa itu benar-benar bebas BA B sembarangan. Kami juga melibatkan tim dari kabupaten,” urai dia.

Tak hanya itu, desa-desa di Cawas mulai mengalokasikan anggaran untuk dana kesehatan dalam struktur APB Desa. Pembangunan jamban juga dibantu oleh Koramil termasuk Bhabinkamtibmas di wilayah masing-masing. “Semua elemen ambil bagian dalam menyukseskan Cawas bebas BAB sembarangan,” terang Camat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya