SOLOPOS.COM - Ilustrasi penyakit talasemia. (Technologyreview.com)

Solopos.com, SEMARANG — Pemerintah Kabupaten Banyumas menargetkan bebas talasemia pada 2023. Demi mengukuhkan pencanangan target tersebut, Banymas menyadari perlunya menggencarkan edukasi perihal penyakit kelainan sel darah tersebut.

Bupati Banyumas Achmad Husein menyampaikan bahwa semua warganya wajib mengetahui tentang talasemia, sehingga bisa dilakukan pencegahan khusus di dalam keluarga. Saat ini, katanya, masyarakat mengetahui penyakit tersebut menular dan termasuk penyakit keturunan, padahal anggapan itu keliru

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

“Jangan takut bergaul dengan penderita karena tidak menular. Menurut penjelasan ilmu kesehatan, talasemia memang bukan merupakan penyakit menular dan bukan merupakan penyakit turunan serta dapat disegah sejak dini,” paparnya dalam siaran pers yang diterima Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (18/11/2019).

Diakuinya, saat ini penderita talasemia di Banyumas makin banyak. Ada sekitar 400 orang penderita yang terbesar di Jawa Tengah. “Nantinya pemerintah daerah akan bekerja sama dengan KUA untuk mewajibkan pasangan yang akan menikah untuk memeriksa darahnya dulu sebelum menikah,” imbuhnya.

Demi meningkatkan edukasi, Pemkab Banyumas mengadakan bulan Thalasemia Banyumas dengan tema "Memutus Mata Rantai Kelahiran Thalasemia Mayor Menuju Banyumas Zero Thalasemia 2023". Salah satu kegiatan yang dilakukan ialah Jalan Sehat Peduli Talasemia, Minggu (17/11/2019).

Sebagai penyelenggara kegiatan jalan sehat kali ini, Puguh Prasetyo, Presiden Rotary Club Purwokerto menyampaikan bahwa tujuan diselenggarakannya jalan sehat ini untuk memberikan edukasi dan juga sosialisasi tentang talasemia kepada masyarakat.

Dinar Faiza, salah satu penderita talasemia mayor asal Banyumas, dalam testimoninya menyampaikan agar jangan ada perkawinan sesama penderita talasemia minor. Pasalnya,  ada risiko melahirkan anak dengan golongan talasemia mayor seperti dirinya.

Dinar didiagonasa terkena talasemia sejak umur 6 bulan. Selama 30 tahun dia melakukan transfusi darah satu bulan sekali dan juga mengkonsumsi obat 3 kali sehari.

“Jalan satu-satunya adalah memeriksa darah untuk yang akan berkeluarga. Jangan ada lagi Dinar yang lain. Karena sampai saat ini belum ada obatnya dan juga penderita serta keluarga akan menjadi miskin walaupun sudah ada bantuan dari BPJS,” pesannya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya