SOLOPOS.COM - Ilustrasi kamar hotel. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Bisnis perhotelan di Kota Solo terus bergeliat dan menunjukkan tren positif seiring pulihnya sektor pariwisata dan mobilitas wisatawan dosmestik maupun mancanegara.

Dibutuhkan penguatan pariwisata Soloraya guna menambah lama tinggal atau length of stay wisatawan. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mencatat tingkat lama tinggal wisatawan di hotel di Kota Solo pada 2022 meningkat dibanding 2021.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Lenght of stay wisatawan pada 2021 mencapai 1,1 hari, sedangkan pada 2022 menjadi 1,5 hari.  Kondisi ini dipengaruhi banyaknya event atau kegiatan bertaraf nasional maupun internasional yang digelar sepanjang 2022.

Pada 2023, tingkat length of stay wisatawan ditambah menjadi 2,7 hari dengan pertimbangan banyaknya destinasi wisata baru yang dibuka.

Guna merealisasikan target tingkat length of stay tersebut diperlukan penguatan pariwisata Soloraya. Artinya, pelaku bisnis perhotelan harus menggandeng pemerintah daerah serta para stakeholder wisata di daerah lain di Soloraya.

“Perlu dibangun penguatan wisata Soloraya dengan berbagai lokasi destinasi wisata. Misalnya, kawasan Tawangmangu di Karanganyar, kawasan Selo di Boyolali, atau kawasan Gajah Mungkur di Wonogiri,” kata seorang pengurus PHRI Solo, MS Aji, saat berbincang dengan Espos di Hotel Ramadan, Colomadu, Karanganyar, Selasa (24/1/2023).

Para pelancong berkunjung ke Kota Solo untuk berekreasi ke sejumlah objek wisata seperti Mangkunegaran dan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Mereka tak langsung pulang ke daerah asal melainkan menambah lama tinggal dengan mengunjungi destinasi wisata lainnya di Karanganyar atau Wonogiri. Sehingga setidaknya menambah satu hari-dua hari menginap di hotel.

Target penambahan length of stay di atas 2 malam menjadi pekerjaan rumah dan tantangan bagi pelaku bisnis perhotelan di Kota Solo.

“Ini pekerjaan rumah bagi kami, pelaku insdustri perhotelan. Keterkaitan lenght of stay melibatkan pelaku wisata. Namun, prinsipnya PHRI Kota Solo siap. Ini bisa dibuktikan saat kegiatan rangkaian G20 di Solo. Hotel-hotel menerima tamu dari rombongan delegasi negara anggota G20,” kata dia.

Sementara itu, Ketua PHRI Solo, Abdullah Soewarno mengatakan segmentasi dan positioning hotel bintang satu hingga bintang lima berbeda-beda.

Saat ada event atau kegiatan, tingkat keterisian atau okupansi hotel bintang tiga ke atas selalu meningkat. Berbeda dengan okupansi hotel bintang satu dan dua yang cenderung sepi.

Abdullah mencontohkan okupansi hotel saat long weekend perayaan Imlek sekitar 62 persen yang didominasi hotel bintang tiga, empat dan lima.

“Pejabat eselon dan sebagainya harus menginap di hotel bintang empat dan bintang lima. Di dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) memang seperti itu. Nah, kami menyiasati agar hotel bintang satu dan dua tetap menerima tamu, Sopir, ajudan maupun asisten pejabat diarahkan agar menginap di hotel bintang satu dan bintang dua,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya