SOLOPOS.COM - Ilustrasi perlawanan pada KDRT. (JIBIBisnis Indonesia/Andi Rambe)

Solopos.com, BOYOLALI Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Boyolali, Ratri S Survivalina mengatakan ada cukup banyak kasus KDRT di Boyolali.

Upaya preventif yang dilakukan DP2KBP3A Kabupaten Boyolali dalam menekan KDRT adalah melalui kampanye larangan pernikahan dini bagi remaja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sekarang kami kampanye supaya jangan ada pernikahan dini. Jadi kalau nama program nya itu ada Jo Kawin Bocah, kalau pak bupati suka [menyebut] nya Jo Kawin Sore-sore, maksudnya ijik nom-nom ojo ndang do nikah [masih muda-muda jangan dulu kebelet nikah],” ucap dia kepada Solopos.com di Balai Kalurahan Siswodipuran dalam acara dinas, Rabu (5/10/2022).

Selain itu, DP2KBP3A juga berusaha menggerakkan kelompok dan komunitas. Kelompok tersebut berupa dari forum anak dan forum generasi berencana (Genre).

“Dari situ, mereka kami buat suatu role model. Bagi pengurus-pengurus di kelompok tersebut supaya menjadi pelopor dan pelapor. Pelopor di usia sebaya nya. Kemudian pelapor apabila terjadi permasalahan-permasalahan,” ucap dia.

Baca juga: Nasib Kasus Dugaan KDRT Ada di Tangan Lesti Kejora, Ini Penyebabnya

Lina menjelaskan DP2KBP3A dalam kasus KDRT di Boyolali lebih berperan untuk memberikan pendampingan dan layanan konseling kepada para korban.

“Yang butuh pendampingan, masuknya ke dinas kami. Karena dinas kami ada unit layanan konseling untuk korban-korban kekerasan,” ucap dia.

Lebih lanjut, Lina menerangkan ada dua penyebab KDRT yang kebanyakan terjadi di Boyolali. Penyebab tersebut meliputi sosial ekonomi dan kedewasaan usia pernikahan.

“Dua itu yang paling banyak. Pernikahan dini dan sosial ekonomi,” ucap dia.

Ketika disinggung soal tren KDRT di Boyolali, Lina mengatakan naik turun tren KDRT itu tergantung dari keberanian korban untuk melapor.

Baca juga:  LK3 Boyolali: Pelaku KDRT Sudah Tidak Sayang pada Pasangan

“Karena kebanyakan itu, banyak yang tidak melapor. Makanya kami dorong, salah satunya dari berbagai kelompok tersebut, kami juga melakukan pendekatan ke kelompok-kelompok wanita atau mitra kerja kami. Supaya perempuan itu lebih berdaya. Dan berani melaporkan apabila mendapatkan permasalahan terkait dengan kekerasan,” paparnya.

Senada dengan Ketua Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3) Boyolali, Nuri Rinawati beranggapan kaum perempuan harus bisa berdaya dan tidak boleh lemah. Ketika perempuan berdaya, ia mempunyai keberanian meredam KDRT.

“Karena dia berani ambil sikap, laki-laki juga berfikir dua kali jika ingin seenaknya,” ucap dia kepada Solopos.com saat dihubungi lewat WhatsApp, Senin (3/10/2022).

Seorang pasangan yang sudah melakukan KDRT, menurut Nuri, orang tersebut sudah tidak menyayangi pasangannya. “Kalau dia sayang, pasti dia akan berfikir dua kali untuk menyakiti orang yang disayangi,” ucap dia.

Baca juga: Kepiting Jadi Program Andalan Puskesmas Juwangi Boyolali Tekan Angka Stunting

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya