SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

Harianjogja.com, BANTUL- Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan Dinas Perizinan Bantul Mujahid Amirudin mengatakan, wilayah selatan kini banyak diincar pengembang perumahan mengingat kapasitas lahan untuk perumahan di wilayah Sleman dan Kota yang semakin sempit.

“Selain itu posisi Bantul terbilang dekat dengan Kota, sedangkan Kulonprogo atau Gunungkidul kan enggak,” terangnya, Jumat (24/1/2014).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ramainya pemukiman baru di Bantul, menurut dia, membawa imbas positif dan negatif. Di satu sisi pertumbuhan perumahan yang kebanyakan dihuni pendatang tersebut membawa multiplier effect bagi perekonomian warga sekitar.

Namun persoalan baru juga muncul. Seperti keamanan lalu lintas dengan semakin padatnya pengguna jalan serta pencemaran lingkungan akibat sampah dan limbah.

Sejumlah dampak negatif itu harus diantisipasi pemerintah dengan menerapkan regulasi yang ketat.

“Misalnya, soal sampah mereka wajib mengelola sampah sendiri sehingga truk sampah tinggal datang mengangkut,” kata Mujahid menambahkan.

Lainnya adalah penyusutan lahan pertanian. Untungnya, di daerah aglomerasi yang menjadi primadona pembangunan perumahan tersebut bukan masuk kategori wilayah pertanian hijau yang tidak boleh dialihfungsikan lahannya untuk pembangunan perumahan.

Pembangunan perumahan, menurut dia, juga mendongkrak harga tanah di daerah tersebut. Rata-rata tanah per meter persegi di wilayah aglomerasi mencapai Rp1 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya