SOLOPOS.COM - Kawasan Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto diambil beberapa waktu lalu (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Kawasan Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Foto diambil beberapa waktu lalu (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Sampai saat ini pihak Keraton Solo menunggu kepastian dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) perihal pengajuan dana bantuan untuk perawatan keraton.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kendati demikian, pihak Keraton optimistis bantuan bakal disetujui lantaran nama Keraton Solo yang sudah mendunia.

“Sampai sekarang ya masih menunggu jawaban dari UNESCO. Semua masih dalam proses, tidak langsung ujug-ujug disetujui. Tunggu saja pasti ada tim dari UNESCO yang mengecek ke sini,” jelas Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari, atau akrab disapa Mbak Moeng saat dihubungi Solopos.com, Minggu (7/4/2013).

Kendati belum ada jawaban dari UNESCO, Mbak Moeng optimistis permohonan bantuan untuk perawatan Keraton Solo bakal cair.

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari, atau akrab disapa Mbak Moeng. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

“Karena yang mengajukan bukan hanya Keraton Solo. Ada banyak lembaga yang mengajukan ke sana (UNESCO). Kalau pertimbangan diterima, ya nama Keraton ini sudah mendunia. Banyak wisatawan asing yang kerap datang ke sini,” jelasnya.

Pihaknya saat ini telah menyerahkan perihal pengajuan bantuan UNESCO kepada tim akademisi dari UMS, Sukoharjo. “Silakan tanya saja sama tim dari UMS, dia yang ngurus soal ini [bantuan],” paparnya.

Sementara itu, Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Solo, Kanjeng Pangeran (KP) Eddy Wirabumi, menyatakan belum ada petugas dari UNESCO yang melakukan survei ke Keraton.

“Proses seleksi dilakukan secara menyeluruh. Artinya proses seluruh dunia, tidak hanya Keraton. Mereka menggunakan waktu koordinat untuk mengecek lokasi, tentu dengan melihat google map. Dengan menggunakan alat itu, tentu dari UNESCO memiliki pertimbangan sendiri,” jelas Eddy, Minggu.

Eddy berharap bantuan yang diajukan Keraton kepada UNESCO bakal cair. Sebab, bangunan di area Keraton yang termasuk benda cagar budaya perlu dirawat dan dilestarikan.

Seperti diketahui, Keraton Solo geram karena bantuan dana hibah dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dan Pemkot Solo tak kunjung cair. Atas kenyataan itu, Keraton Solo mengajukan dana bantuan ke UNESCO. Keputusan Keraton mengajukan bantuan ke lembaga di bawah naungan PBB demi kelestarian Keraton.

“Saya lagi menyusun dan sebagian sudah kita ajukan ke UNESCO. Kalau pemerintah sendiri enggak mau peduli, ya siapa lagi yang mau melestarikan keberlangsungan Keraton,” ujar Mbak Moeng, saat ditemui wartawan, di kawasan Keraton beberapa waktu lalu.

Ia menegaskan Keraton Solo selama ini mempunyai andil besar terhadap pemerintah. Namun keberadaan keraton, kata Moeng, seolah tidak dihargai. Hal itu diketahui dari keengganan pemerintah mengucurkan dana hibah kepada keraton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya