SOLOPOS.COM - Ilustrasi Petani Membajak Sawah (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Petani Membajak Sawah (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Petani Membajak Sawah (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Setelah berhasil panen padi, kini petani di Desa Sribit, Kecamatan Delanggu dihadapkan dengan permasalahan baru. Desa tersebut kini membutuhkan bantuan alat pertanian berupa traktor untuk mengolah tanah persawahan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Desa Sribit, Alibi, mengatakan pemerintah desa (Pemdes) setempat baru memiliki satu traktor.

“Saat ini baru memliki satu traktor yang berasal dari bantuan mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Bibit Waluyo, tepatnya lima tahun yang lalu.”

Hal itu diungkap Alibi kepada Solopos.com di kantornya, Senin (11/11/2013). Sejak diberikan pada 2008, traktor bantuan Pemerintah Provinsi Jateng itu baru bisa dimanfaatkan petani di Sribit pada Juni tahun ini. “Sebab, selama empat tahun terakhir, tanaman padi di Desa Sribit terserang hama wereng dan tikus. Sawah pun akhirnya tidak digarap petani, sehingga bantuan traktor tersebut sempat mangkrak,” paparnya.

Oleh sebab itu, dirinya ingin mengajukan bantuan dua unit traktor kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten. Pasalnya, dia memperkirakan kebutuhan traktor untuk petani akan melonjak saat musim tanam dalam waktu dekat ini. Total, di desa tersebut ada sekitar 150 Hektar (Ha) sawah yang bakal ditanami padi.

Di Desa Sribit, sambungnya ada ratusan petani yang tergabung menjadi lima kelompok tani. Sementara, yang memiliki traktor hanya beberapa orang.  “Setidaknya, kami butuh dua unit traktor lagi untuk memenuhi kebutuhan pengolahan tanah. Sebab, saya yakin kalau hanya dengan satu traktor, petani bakal antre lama. ”

Dengan traktor yang dimiliki desa atau kelompok tani, menurutnya, petani akan lebih murah dalam menyewa.  Lebih lanjut, Alibi mengatakan di desanya sudah tidak ada lagi warga yang memelihara kerbau. Sebelumnya, petani setempat memanfaatkan hewan tersebut untuk membajak sawah.  “Sekarang sudah tidak ada warga yang punya kerbau karena sudah dijual,” paparnya.

Oleh sebab itu, petani di desanya sangat menggantungkan pada mesin modern pengolah tanah berupa traktor. Selain efektif, alat tersebut juga efisien untuk menghemat waktu dan biaya.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Klaten, Wahyu Prasetyo, menyarankan agar kelompok tani di desa tersebut untuk membuat proposal permohonan bantuan. “Semua bisa mengajukan bantuan, tapi harus dengan proposal dengan tujuan kepada bupati Klaten dan diserahkan ke Dispertan,” ungkap Wahyu saat dihubungi Solopos.com, Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya