SOLOPOS.COM - Perangkat Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Klaten, menunjukkan tempat karantina Tyto alba di desa setempat, Senin (17/1/2022). Tempat karantina itu difungsikan untuk mengobati Tyto alba yang sakit atau terluka. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Pemerintah Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Klaten, melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan Tyto alba atau Serak Jawa salah satu jenis burung hantu yang menjadi penyelamat petani dalam mengendalikan tikus di persawahan. Dalam semalam, seekor Tyto alba bisa membunuh 30 ekor tikus. Petani Desa Gledeg pun kini tak dipusingkan lagi dengan serangan tikus.

Langkah pertama membangun rumah burung hantu atau rubuha. Saat ini, terdapat 60 rubuha yang dibangun dan disebar di lahan pertanian Desa Gledeg seluas 60 ha. “Jarak antar Rubuha 1 ha. Saat ini sebagian besar Rubuha digunakan untuk sarang Tyto alba,” kata Kadus 1 Desa Gledeg, Agus Sri Haryana, Senin (17/1/2022).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Pemerintah Desa Gledeg juga membuat Peraturan Desa (Perdes) No. 3/2012. Perdes itu dibuat untuk melarang perburuan satwa liar di wilayah Gledeg. Cara itu sekaligus untuk melindungi Tyto alba.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Inilah 6 Kekuatan Super Burung Hantu yang Dilindungi 12 Desa di Klaten

Pemerintah desa juga membangunkan tempat karantina. Tempat tersebut difungsikan untuk penampungan sementara jika didapati Tyto alba sakit.

Rubuha kini tak hanya di Gledeg, namun kian berkembang ke desa sekitar seperti Desa Jurangjero, Ngabean, serta Gempol, Kecamatan Karanganom. Pendirian rubuha di lahan pertanian untuk sarang Tyto alba pun lebih efektif dibandingkan memasang jebakan beraliran listrik untuk pengendalian populasi tikus.

Salah satu petani Desa Gledeg, Sujiman, 75, mengatakan sejak ada Tyto alba yang bersarang di rubuha, lahan pertaniannya tak lagi diserang tikus. Produksi padi pada sepatok lahan seluas 1.200 meter persegi bisa maksimal sepanjang tahun. Hasil panen dibeli para tengkulak dengan harga Rp3,5 juta hingga Rp4 juta per patok.

Baca Juga: Berkat Tyto Alba, Petani Gledeg Klaten Tak Lagi Pusing Serangan Tikus

Sak derenge enten niki paling separuh sing saget dipanen. Sok saget kantun sak imit [Sebelum ada pengembangan Tyto alba, paling hanya separuh patok yang bisa dipanen. Terkadang hanya tersisa sedikit yang bisa dipanen],” jelas Sujiman, Senin (17/1/2022).

Sujiman mengatakan sebelum ada Tyto alba, para petani rajin menggelar gropyokan. Banyaknya serangan tikus terutama terjadi saat musim hujan. Namun, gropyokan belum efektif untuk mengendalikan populasi tikus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya