SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SLEMAN</strong>&nbsp;– Insiden pengadangan peserta lomba lari yang melintas di Dusun Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY, oleh sejumlah warga, dinilai sebagai buntut kurangnya sosialisasi panitia lomba lari kepada warga yang wilayahnya dijadikan <a href="http://news.solopos.com/read/20180507/496/914851/pelari-berhotpants-dipersekusi-di-sleman-panitia-rute-pakaian-sesuai-standar" target="_blank">rute lari</a>. Warga di lokasi kejadian membantah tindakan pengadangan itu sebagai bentuk persekusi.</p><p>Pengurus Pondok Pesantren Aswaja Nusantara, Dusun Mlangi, Muhammad Mustafid, membantah anggapan bahwa warga Mlangi cenderung intoleran. Padahal, menurutnya memang kawasan Mlangi memiliki budaya tersendiri karena merupakan kawasan pesantren.</p><p>Menurutnya, memang sudah seharusnya kegiatan yang ada di kawasan tersebut menyesuaikan dengan budaya lokal. Namun dalam penyelenggaraan kegiatan lomba lari pada Selasa (1/5/2018) belum ada koordinasi dan sosialisasi terhadap warga. Pemberitahuan kegiatan hanya singkat kepada Plt Kepala Dusun Mlangi yang tidak berdomisili di Dusun Mlangi.</p><p>&ldquo;Intinya panitia belum pernah sosialisasi ke warga tentang rute tersebut. Kami sejatinya tidak menolak jika dijadikan rute, namun harus mematuhi adat dan norma yang berlaku. Salah satunya adalah pakaian,&rdquo; kata <span>Mustafid</span>, Minggu (6/5/2018).</p><p>Di sisi lain, menurutnya kejadian pengadangan pelari acara <em>Lets Run with Physiotherapy Be Better &amp; Healthy</em> yang diselenggarakan oleh Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Selasa (1/5/2018) lalu itu sebenarnya tidak terjadi di Dusun Mlangi.</p><p>"Kejadian itu secara administratif tidak terjadi di Mlangi, tapi di Dusun Sawahan, dusun sebelah selatan Mlangi, yang bergandengan dengan Mlangi," ujar <span>Mustafid</span>. "Itu terjadi sekitar 100 meter dari pesantren As Salafiyah pimpinan Gus Irwan dan Kiai Hasan."</p><p>Namun demikian ia mengaku sudah sudah bertemu langsung dengan pemuda yang berada di lokasi kejadian tersebut. Sejumlah pemuda pun telah menjelaskan adanya peristiwa pengadangan tersebut dan siap untuk minta maaf.</p><p>"Mereka siap minta maaf jika dianggap berlebihan karena emosi saat itu. Namun panitia mestinya juga minta maaf. Sebab saat ini masyarakat Mlangi merasa disudutkan," ujar <span>Mustafid</span>.</p><p>Insiden tersebut menurutnya bukanlah <a href="http://news.solopos.com/read/20180504/496/914376/susi-ferawati-korban-persekusi-di-cfd-jakarta-diperiksa-polisi" target="_blank">persekusi</a>. Dia menjelaskan saat itu salah satu rombongan lari lewat utara nembus Mlangi menuju Unisa. Sebelum masuk Mlangi, pelari melewati rute sebelah utara desa dan diingatkan masyarakat agar perempuan bercelana pendek ketat tidak memasuki desa. Sebagian ambil rute lain, sebagian nekat tetap lewat.</p><p><strong>Pakai Motor</strong></p><p>Ketika peserta lewat Mlangi, ada seorang tua yang mengingatkan baik-baik, kata dia, tidak digubris. Kebetulan orang tua ini kemudian memakai motor ke arah yang sama dengan pelari sampai memasuki wilayah Sawahan.</p><p>"Di sini dingatkan lagi sampai turun dari motor. Ketika lewat daerah Mlangi tidak terjadi apa apa. Ketika diingatkan kedua kalinya oleh orang tua tadi, malah semacam nantang dengan tidak sopan. Nah, beberapa anak muda yang ada tidak jauh dari lokasi mendatangi lokasi, akhirnya emosi, karena dari jauh terlihat seperti membentak-bentak. Terjadilah itu. Ketegangan, debat, pegang baju, dan desakan-desakan," ungkapnya.</p><p>"Kealpaan panitia adalah tidak memberikan sosialisasi memadai kepada masyarakat tentang adanya rute lari yang melewati jalan kampung itu. Pihak panitia dan universitas pasti tahu Mlangi, kampung pesantren yang memiliki norma norma kearifan lokal, yang mestinya dihargai," kata Mustafid.</p><p>Sebelumnya, Ketua Milad ke-27 sekaligus Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Unisa, Ruhiyana, mengatakan permasalahan tersebut telah diselesaikan. Dia menjelaskan insiden terjadi antara peserta lari dan warga di Dusun Mlangi.</p><p>Ruhiyana menjelaskan, saat sejumlah peserta sampai di kilometer dua, terjadi peristiwa yang dialami kelompok pelari. Beberapa warga menghentikan, mengintimidasi, bahkan <a href="http://viral.solopos.com/read/20180506/486/914649/video-viral-pakai-hotpants-pelari-wanita-dipersekusi-warga-sleman" target="_blank">memukul bagian sensitif peserta</a> lari wanita karena dianggap berpakaian tidak sopan. Sejumlah peserta lari laki-laki yang berusaha membela mendapatkan perlakuan yang sama.</p><p>"Tindakan itu sebagai peringatan. Warga menilai peserta memakai pakaian tidak layak, hotpants. Tapi itu tindakan pemukulan juga tidak benar," kata Ruhiyana saat ditemui wartawan, Sabtu (5/5/2018).</p>

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya