SOLOPOS.COM - Petugas Bank Sampah Manunggal di Pasar Bunder, Sragen menimbang sampah anorganik dari para nasabah, Sabtu (11/1/2014). Selama sebulan beroperasi, bank sampah tersebut mampu menghasilkan tabungan hingga Rp700.000. (Taufik Sidik/JIBI/Solopos)

 Solopos.com, SRAGEN – Bank sampah Sragen telah beroperasi sejak sebulan lalu. Namun, hasilnya cukup lumayan.

Menggendong karung berisi sampah plastik, Suti, 47, terlihat bergegas menuju ke salah satu emperan sebuah ruangan yang berada di sisi timur Pasar Bunder, Sragen, Sabtu (11/1/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karung tersebut lantas ditempatkannya ke sebuah timbangan di depan ruangan tersebut.

“Beratnya 3 kg,” kata salah satu petugas di ruangan yang sudah dipenuhi tumpukan karung berisi sampah anorganik.

Tak berapa lama, petugas itu mencatat berat sampah yang dibawa Suti pada sebuah buku berwarna biru serta buku tabungan berwarna oranye. “Saya baru hari ini masuk. Biasanya sampah saya jual ke pengepul. Membantu juga kalau seperti ini,” katanya.

Ya, Suti merupakan salah satu nasabah Bank Sampah Manunggal. Sekitar sebulan ini bank tersebut hadir di pasar hasil bumi terbesar di Sragen tersebut. Setidaknya, saat ini sudah ada sekitar 30 nasabah.

Wakil Ketua Paguyuban Bank Sampah Manunggal, Wagino, 61, mengungkapkan bank sampah tersebut berdiri sejak 7 Desember 2013 dan hanya beroperasi setiap Sabtu. “Awal berdirinya bank sampah ini saat pengelola bank sampah di pasar yang ada di Probolinggo datang ke sini dan memberikan pelatihan. Kemudian kami diminta dari pemkab mendirikan bank sampah di Pasar Bunder,” katanya.

Wagino menuturkan selama sebulan, setidaknya bank sampah tersebut sudah menghasilkan tabungan sekitar Rp700.000.

“Sampah anorganik dari pedagang, dikumpulkan lantas dibawa ke sini. Kemudian ditimbang. Nanti, sekitar pukul 13.00 WIB pengepul datang mengambil hasil pengumpulan sampah dari pedagang. Hasil penjualan tetap kembali ke pedagang sebagai nasabah, tetapi 15% diambil untuk pengelola,” jelas dia.

Meski baru segelintir pedagang menjadi nasabah di bank sampah, Wagino menuturkan setidaknya hal itu bisa mengurangi volume sampah yang dibuang di tempat pembuangan sementara (TPS) pasar tersebut.

Sementara itu, Ketua Paguyuban Bank Sampah Manunggal, Parmanto, menceritakan guna mengingatkan para nasabah para pengurus memiliki cara sendiri serta tak merepotkan.

“Melalui radio yang ada di pasar ini, kami mengingatkan para pedagang jika bank sampah buka. Pedagang sering lupa, ya karena kesibukan pekerjaan mereka. Melalui radio juga kami terus meningkatkan jumlah nasabah,” jelas dia.

Ditemui sebelumnya, Kabid Amdal Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sragen, Lukas Gunawan, menjelaskan keberadaan bank sampah di Bumi Sukowati terus dikembangkan termasuk bank sampah di Pasar Bunder. “Ada pengaruh positif dari bank sampah. Warga sudah mulai menilai sampah sebagai barang yang berharga,” katanya.

Lukas mengungkapkan dibidiknya pasar untuk pengembangan bank sampah lantaran sebagai salah potensi penghasil sampah terbesar. “Di pasar itu potensi sampah paling tinggi. Bayangkan saja, kalau pengambilan sampah di sana dari lima truk setiap harinya berkurang menjadi dua truk. Akan mengurangi banyak volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya