SOLOPOS.COM - Ketua Bank Sampah Si Repi Duyungan, Sidoharjo, Sragen, Atik Suwarti, menunjukkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair hasil olahan bank sampah, Jumat (24/6/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sampah rumah tangga masih menjadi problem di semua daerah perkotaan. Pemerintah daerah membuat aneka kebijakan dalam pengolahan sampah tersebut supaya tidak memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA).

Seperti halnya di Sragen, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) membuah program pengolahan sampah berbasis masyarakat. Mulai dari pembinaan bank sampah, tempat pengolahan sampah dengan pendekatan reuse, reduce, dan recycle (TPS3R), sampai TPS terpadu (TPST).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari tiga pengolahan sampah tersebut, metode yang paling ekonomis dan efektif sebenarnya adalah bank sampah. Metode bank sampah itu muncul dari adanya kesadaran kolektif di suatu lingkungan yang peduli dengan sampah.

Ada banyak bank sampah di Kabupaten Sragen. Tetapi tidak semua berjalan efektif dalam mengolah sampah, baik organik maupun anorganik. Salah satu bank sampah yang berhasil melakukannya adalah Bank Sampah Resik Nguripi (Si Repi) Desa Duyungan, Sidoharjo, Sragen.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Patut Ditiru! Pengelolaan Sampah di Bugisan Klaten Sudah Hasilkan Cuan

Ditemui di kediamannya, Jumat (24/6/2022) sore, Ketua Bank Sampah Si Repi, Atik Suwarti, 55, menjelaskan mengolah sampah sejatinya tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Bank sampah Si Repi, kata wanita yang akrab disapa Watik itu, tak memiliki peralatan canggih dalam mengolah sampah menjadi barang bernilai guna.

Modalnya adalah niat dan semangat. Ia bersama 20 warga Dukuh Sukorejo RT 023, Desa Duyungan, bergotong royong mengolah sampah di Bank Sampah Si Repi. Semula Watik dan kawan-kawan hanya memilah sampah yang memiliki nilai ekonomi, seperti kardus, botol bekas, besi, aluminium, dan lainnya.

Dalam perkembangannya, mereka kini mengolah limbah rumah tangga basah (organik) menjadi kompos padat dan pupuk organik cair (POC). Dengan hasil produksi pupuk itulah, Bank Sampah Si Repi berkembang.

Baca Juga: Buang Sampah Sembarangan di Bugisan Klaten Didenda Rp200.000

Watik bisa memberdayakan pengurusnya dan berani menyewa lahan untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk organik. “Selama ini kami terkendala tempat. Bank sampah kami tidak memiliki lahan seperti TPS3R,” ujar Watik.

Bank Sampah Lebih Efektif

Pengurus Bank Sampah Si Repi pernah mendapatkan pendampingan dari PT Japfa Comfeed. Dari hasil kerjanya selama ini, Watik menilai bank sampah menjadi solusi paling efektif dalam mengurangi sampah. Dibandingkan dengan mendirikan TPS3R yang membutuhkan peralatan mahal, menurutnya Watik, mendirikan bank sampah masih lebih baik.

Dia menerangkan pengelola TPS3R di Ngepos, Jetak, Sidoharjo, Sragen justru belajar pengolahan sampah ke Bank Sampah Si Repi. Bahkan Watik diminta menggunakan peralatan yang ada di TPS3R Ngepos, tetapi Watik tidak mau karena beda desa.

Baca Juga: Kongres Sampah II Berkomitmen Menyelesaikan Masalah Sampah di Desa

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen, Tedi Rosanto, mengakui kunci pengelolaan TPS3R itu terletak pada kelompok swadaya masyarakat (KSM). Di Sragen ada cukup banyak TPS3R, seperti di Sine; Ngoncol, Kecamatan Nglorog, Plumbungan (Karangmalang), Puro (Karangmalang), Jati (Masaran), dan Jetak (Sidoharjo).

“Metode yang paling ekonomis dalam pengolahan sampah ya memilah sampah. Sampah benar-benar sudah ada pembagian jenisnya. Sampah permukiman dipilah dan dibawa ke TPS3R sudah dalam pilahan kedua dan ketiga. Nanti pilahan terakhir yang tidak bisa diolah dibawa ke TPA. Tugas kami mengoptimalkan KSM dan bank sampah supaya sampah permukiman tidak semua masuk TPA,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya