Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan
“Pertumbuhan kredit itu didorong permintaan modal kerja dari usaha mikro dan kecil sedang tumbuh pesat di Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis.com. Dengan proyeksi tersebut, maka outstanding kredit BPR pada akhir 2013 akan menembus Rp60,27 triliun—Rp60,78 triliun. Adapun posisi outstanding kredit pada 2012 sebesar Rp49,82 triliun.
Proyeksi tersebut sedikit lebih tinggi dari capaian industri BPR pada 2012, dengan pertumbuhan kredit 21,25%. Meski demikian, proyeksi industri BPR masih di bawah bank umum nasional yang menargetkan pertumbuhan 23,1%.
Teruna Jaya mengingatkan industri BPR memang tidak bisa dibandingkan dengan bank umum nasional yang memiliki kekuatan modal jauh lebih besar. Terlebih lagi, mayoritas pembiayaan BPR untuk usaha mikro dan kecil yang memiliki plafon jauh lebih kecil. “Sering BPR dibandingkan dengan bank umum nasional. Namun BPR dengan nasabah mikro dan kecil jelas tidak bisa dibandingkan dengan bank umum,” ujarnya.
Atas dasar itu juga dia menyoroti perlunya regulator untuk mengatur persaingan antara BPR dan bank umum nasional. Dalam beberapa tahun terakhir beberapa bank umum gencar masuk ke pembiayaan mikro terutama pada wilayah yang selama ini telah ada BPR. Namun, di wilayah yang belum ada BPR, bank umum malah terlihat tidak terlalu ekspansif untuk pembiayaan mikro. Padahal di wilayah yang belum terjamah perbankan itu seharusnya bank umum lebih aktif.