SOLOPOS.COM - Warga Kaliwingko Desa Madegondo Kecamatan Grogol Sukoharjo dievakuasi menggunakan perahu saat banjir melanda kawasan tersebut, Kamis (11/2/2016) pagi. (Istimewa/ilustrasi)

Banjir Sukoharjo, talut di Kaliwingko didesak ditinggikan.

Solopos.com, SUKOHARJO–Warga Desa Madegondo mendesak agar Pemkab Sukoharjo meninggikan talut di Sungai Kaliwingko agar dapat menahan luapan air sungai saat turun hujan lebat. Hal itu dilakukan agar rumah penduduk bebas dari ancaman banjir selama musim penghujan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sungai Kaliwingko merupakan batas wilayah antara Kota Solo dengan Kabupaten Sukoharjo. Di sisi utara sungai yang masuk wilayah Kota Bengawan telah dibangun talut setinggi lebih dari tiga meter. Sementara di sisi selatan yang masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo juga sudah dibangun talut namun belum maksimal lantaran tingginya kurang dari tiga meter.

Selama ini, saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi dipastikan air Sungai Kaliwingko bakal naik dan meluap hingga rumah penduduk. Terlebih, rumah-rumah penduduk terletak di dataran rendah dan berdekatan dengan sungai. Karena itu, warga mendesak agar instansi terkait segera meninggikan talut sungai sehingga warga dapat tidur nyenyak saat terjadi hujan lebat.

Kepala Desa Madegondo, Pratono, mengatakan luapan air sungai langsung masuk ke permukiman penduduk lantaran talut yang dibangun belum maksimal. Warga setempat tak bisa berbuat banyak lantaran air sungai naik hanya dalam hitungan jam.

“Di sisi selatan sungai sudah ada talut namun belum maksimal. Paling tidak talut ditinggikan untuk mencegah luapan air sungai masuk ke permukiman penduduk,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com di Grogol, Senin (20/6/2016).

Menurut dia, banjir yang melanda wilayah Desa Madegondo juga dipengaruhi besarnya pasokan air dari sejumlah sungai di Kabupaten Klaten seperti Kali Dengkeng. Hal itu ditambah curah hujan tinggi sehingga air Sungai Kaliwingko otomatis meluap dan merendam ratusan unit rumah penduduk.

Sedikitnya 200 keluarga terpaksa mengungsi ke rumah kerabat keluarga, tetangga maupun posko pengungsian di Kantor Kecamatan Grogol. Hal itu tak pernah dilakukan warga kendati rumahnya tergenang air selama beberapa tahun terakhir. Kali terakhir, warga mengungsi ke tempat aman saat banjir yang merendam wilayah Soloraya pada 2007 silam.

“Banjir kemarin [Minggu] hampir mirip banjir pada 2007. Hanya dalam semalam, air Kali Wingko naik begitu cepat dan menenggelamkan rumah penduduk,” ujar dia.

Luapan air Sungai Kaliwingko tak hanya merendam rumah penduduk di Kota Solo dan Sukoharjo melainkan meluas hingga kawasan Tanjunganom. Tak ayal, jalan Solo-Sukoharjo sempat terputus gara-gara banjir yang menggenangi kawasan Tanjunganom. Arus lalu lintas dari arah Solo menuju Solo Baru dialihkan menuju jalan alternatif. Begitu pula, arus lalu lintas dari arah Solo Baru menuju Solo juga dialihkan menuju jalan alternatif.

Banjir berangsur-angsur surut mulai pukul 00.00 WIB. Para korban banjir yang mengungsi berduyun-duyun kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu pula dengan para korban banjir di Kecamatan Mojolaban yang mengungsi di balai desa dan tanggul Sungai Bengawan Solo. Keesokan harinya, warga kerja bakti membersihkan berbagai perabotan rumah tangga dari sisa-sisa lumpur dan kotoran banjir.

Di sisi lain, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Suprapto, mengatakan bakal berkoordinasi dengan instansi terkait ihwal permintaan warga Desa Madegondo untuk mempertinggi talut sungai. Saat ini, ia masih fokus melakukan pendataan kerugian akibat bencana banjir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya