SOLOPOS.COM - Lahan persawahan di Kecamatan Weru, Sukoharjo, terendam banjir akibat tanggul jebol. Foto diambil Jumat (25/11/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Banjir Sukoharjo, hujan deras mengakibatkan banjir merendam 225 rumah dan 130 ha sawah di Weru.

Solopos.com, SUKOHARJO — Sedikitnya 225 rumah dan 130 hektare (ha) sawah di Kecamatan Weru terendam banjir akibat hujan deras, Kamis (24/11/2016).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Rumah yang terendam banjir tersebar di tiga desa yakni Tegalsari, Karakan dan Karangwuni. Sedangkan sawah yang terendam ada di Tawang dan Ngreco akibat tanggul Kali Taling jebol.

Pantauan Solopos.com, Jumat (25/11/2016), tanggul Kali Taling terletak di perbatasan Desa Tawang dan Desa Ngreco. Saat hujan lebat, ketinggian air sungai bertambah signifikan dalam hitungan menit.

Derasnya aliran sungai membuat tanggul jebol sehingga air sungai langsung menggenangi ratusan hektare lahan pertanian. Tanggul yang jebol panjangnya sekitar 14 meter dengan lebar 12 meter.

Warga memasang karung berisi tanah di tanggul Kali Taling yang jebol di Desa Tawang, Kecamatan Weru, Jumat (25/11/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Warga memasang karung berisi tanah di tanggul Kali Taling yang jebol di Desa Tawang, Kecamatan Weru, Jumat (25/11/2016). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Kala itu, warga setempat tak bisa berbuat banyak lantaran hujan mengguyur wilayah Weru semalam suntuk. Mereka hanya berjaga di sekitar lokasi tanggul sembari memantau ketinggian air sungai.

Kepala Desa Tawang, Kecamatan Weru, Maryanto, mengatakan luapan air sungai merendam ratusan hektare lahan pertanian. Beruntung, saat ini, mayoritas para petani belum menanam benih padi.

Mereka baru saja memanen padi awal dan pertengahan November. “Sawah yang terendam banjir tak ada tanaman padi karena baru saja dipanen. Sebenarnya, para petani hendak menanam benih tanaman padi pada pekan ini,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di lokasi, Jumat.

Warga setempat lantas bergotong royong membangun tanggul darurat dari bambu dan karung berisi tanah. Tanggul darurat itu untuk menahan laju erosi sungai saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi selama berjam-jam.

Namun, Maryanto khawatir apabila kembali terjadi hujan lebat, tanggul darurat bakal jebol lantaran tak kuat menahan derasnya arus sungai. “Ada 500 karung bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah [BPBD] Sukoharjo. Warga langsung mengisi karung dengan tanah dan dipasang di lokasi tanggul jebol,” ujar dia.

Maryanto mengatakan tanggul itu pernah jebol pada 1974. Warga menemukan tumpukan karung goni di bagian bawah tanggul yang jebol. Dia mendesak instansi terkait segera memperbaiki tanggul itu karena berdekatan dengan lahan pertanian.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Suprapto, mengatakan bakal berkoordinasi dengan instansi terkait termasuk Pemerintah Desa (Pemdes) Tawang untuk mengantisipasi tanggul sungai kembali jebol. Para sukarelawan bencana alam bakal memantau kondisi tanggul tersebut.

Camat Weru, Samino, kepada wartawan di Kantor Pemkab Sukoharjo bercerita ketinggian air yang merendam rumah warga dan areal persawahan mencapai 30 sentimeter hingga 70 sentimeter.

“Ada sekitar 130 hektare lahan yang terendam di Karangwuni dan ratusan rumah di tiga desa terendam. Perinciannya, 125 rumah di sembilan RT Desa Tegalsari, 70 rumah di Desa Karakan, dan 30 rumah di Desa Karangwuni.”

Samino menjelaskan lahan persawahan masih tergenang sedangkan permukiman sudah surut. “Kami juga berharap Dinas Pertanian menyediakan bantuan bibit padi kepada petani karena bibit padi ikut terendam sehingga tak bisa ditanam,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya