SOLOPOS.COM - Pelajar berjalan kaki melewati jalan perkampungan di Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban yang tergenang air akibat luapan air Sungai Bengawan Solo, Kamis (11/2/2016). Sementara warga lainnya terpaksa menuntun sepeda lantaran tingginya genangan air yang merendam jalan perkampungan. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Banjir Sukoharjo pekan ini dinilai disebabkan proyek city walk Jl. Jenderal Sudirman, Sukoharjo, yang ternyata belum mendapat izin Kementerian PU.

Solopos.com, SUKOHARJO — Proyek city walk di saluran irigasi sekunder Colo Timur tepatnya di sisi timur Jl. Jenderal Sudirman (Jensud) belum mengantongi izin dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Proyek senilai Rp29 miliar ini dinilai menjadi penyebab utama banjir di kawasan kota Sukoharjo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Bidang (Kabid) Operasional Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Nova D. Sirait, mengatakan proyek city walk dibangun dengan menutup saluran irigasi sekunder Colo Timur mulai dari selatan Kantor Badan Pertanahan Sukoharjo (BPN) Sukoharjo hingga utara Kantor Bank Jateng. Lantaran membangun dan menutup saluran irigasi sekunder diperlukan izin dari instansi terkait yakni Kementerian PU.

“Kami meminta Pemkab Sukoharjo agar melengkapi berbagai kelengkapan dokumen administrasi untuk penerbitan izin dari pemerintah pusat. Namun, mereka tetap berkukuh ingin mengerjakan proyek city walk,” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (12/2/2016).

Mekanismenya, BBWSBS mengkaji secara mendalam proyek pembangunan city walk di saluran irigasi sekunder Colo Timur. Apabila kajian disetujui maka BBWSBS segera memberikan rekomendasi teknis kepada Kementerian PU. Selanjutnya, Kementerian PU segera menerbitkan izin untuk pengerjaan proyek city walk.

Nova mengaku belum pernah memberikan rekomendasi teknis kepada Kementerian PU ihwal pembangunan city walk. Artinya, Kementerian PU belum menerbitkan izin untuk proyek pembangunan city walk.

“Kekhawatiran kami selama ini terbukti, air saluran irigasi sekunder Colo Timur meluap hingga tiga kali. Kami sudah melakukan diskusi dengan pejabat Pemkab Sukoharjo dan memberikan analisis dampak pembangunan city walk. Mestinya, analisis itu dipertimbangkan dahulu sebelum mengerjakan proyek pembangunan city walk,” papar dia.

Menurut dia, saluran irigasi sekunder mulai dari utara Kantor Bank Jateng hingga depan Kantor Setda Sukoharjo berfungsi murni sebagai jaringan irigasi pertanian. Sementara, saluran irigasi sekunder dari depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Dompilan hingga selatan Kantor BPN Sukoharjo berfungsi ganda yakni jaringan irigasi pertanian dan saluran drainase.

Permasalahannya, proyek city walk dibangun dengan menutup saluran irigasi sekunder Colo Timur. Saat terjadi hujan lebat, limpasan limbah rumah tangga ditambah dengan air hujan tak dapat mengalir lancar melalui bak pengontrol yang ukurannya sempit.

“Saya ambil contoh air bak kamar mandi dibuang secara bersamaan dengan saluran pembuangan sangat kecil. Air tidak dapat mengalir lancar ke saluran pembuangan air dan menggenangi seluruh lantai kamar mandi. Nah, kondisinya serupa dengan saluran irigasi sekunder Colo Timur,” terang dia.

Nova menjelaskan solusi alternatif untuk mengatasi banjir di kawasan kota Sukoharjo dengan menjaga kapasitas saluran irigasi sekunder. Namun, langkah ini bakal sia-sia apabila saluran irigasi sekunder tetap ditutup. Solusi lainnya dengan memperlebar ukuran bak pengontrol sehingga air saluran irigasi sekunder dapat mengalir lancar.

“Pintu saluran Dam Colo Timur langsung ditutup saat terjadi hujan lebat. Debit air dari Dam Colo Timur yakni 12 meter kubik/detik. Jadi penyebab banjir bukan dari pasokan air Dam Colo Timur.”

Hal senada diungkapkan Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur, Jigong Sarjanto. Sejak awal, Jigong menolak proyek pembangunan city walk karena menutup saluran irigasi sekunder yang berdampak pada lahan pertanian. Dia mengkhawatirkan penutupan saluran irigasi bakal mengakibatkan pendangkalan dalam jangka panjang.

Imbasnya, pasokan air ke areal persawahan bakal tersendar yang mengakibatkan hasil panen tak maksimal. “Saya selalu teriak-teriak memprotes pembangunan city walk tapi tak pernah ditanggapi. Buktinya, tak sedikit lahan pertanian yang terancam gagal panen akibat luapan saluran irigasi sekunder,” jelas dia.

Dia mengusulkan agar Pemkab Sukoharjo membuat bendung gerak agar air saluran irigasi sekunder dapat mengalir lancar. Bendung gerak itu terdapat lima pintu saluran pembuangan air. Saat terjadi hujan lebat, air yang mengalir di saluran irigasi sekunder langsung masuk ke dalam bendung gerak.

Di sisi lain, Pejabat Pembuat Komitemen (PPKom) Proyek City Walk, Sarwidi, tak memungkiri belum mengantongi izin pembangunan city walk dari Kementerian PU. Permasalahannya, penerbitan izin tersebut sangat lama bahkan hingga setahun. Sementara dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) proyek city walk berdasarkan tenggat waktu yang ditentukan.

Kendati demikian, seluruh saran dan masukan dari BBWSBS saat sosialisasi proyek city walk telah dilakukan seperti pembangunan bak pengontrol. “Jika menunggu izin yang diterbitkan Menteri PU maka harus menunggu hingga berbulan-bulan. Sementara DPA proyek city walk ada tenggat waktunya. Jadi meluapnya air saluran irigasi sekunder bukan disebabkan proyek city walk,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya