SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga mengungsi akibat banjir. (JIBI/Solopos/Antara)

Solopos.com, SUKOHARJO–Hujan deras yang mengguyur Soloraya Sabtu (22/2) siang hingga malam membuat debit air Sungai Bengawan Solo tepatnya di wilayah Kabupaten Sukoharjo meninggi.

Bahkan informasi yang dihimpun Solopos.com, di Markas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Minggu (23/2), sekitar 52 rumah warga tergenang air Sungai Bengawan Solo, Minggu dini hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari jumlah tersebut, 50 rumah di antaranya berdiri di bantaran Sungai Bengawan Solo, sisanya di luar bantaran. Kasi Kedaruratan BPBD Sukoharjo, Margono, mengatakan 52 rumah tersebar di Nusupan (Kadokan, Grogol), Kesongo (Tegalmade, Mojolaban) dan Klatak (Gadingan, Mojolaban).

Ekspedisi Mudik 2024

Selain itu Dukuh Jatiteken dan Mojo, Desa Laban, Mojolaban. Wilayah paling parah terdampak banjir adalah Kesongo, Tegalmade. “Ditilik dari segi jumlah rumah yang tergenang, paling banyak di Kesongo. Sebanyak 25 rumah di RT 001 dan empat rumah di RT 004,” katanya ditemui wartawan.

Menurut dia ketinggian air di dalam rumah warga sekitar mata kaki orang dewasa. Namun ketinggian air di wilayah banjir di kisaran 50-60 sentimeter. “Masyarakat tidak panik. Tapi personel tetap kami terjunkan untuk mendampingi warga dan memantau situasi,” katanya.

Kepala BPBD Sukoharjo, Suprapto, saat ditemui wartawan menjelaskan, debit air Sungai Bengawan Solo mulai naik Sabtu sekitar pukul 23.00 WIB. Menurut dia, debit air sungai terus meningkat hingga masuk di kawasan bantaran sekitar pukul 00.00 WIB hingga 01.00 WIB.

Namun debit air Sungai Bengawan Solo berangsur surut Minggu menjelang waktu Subuh. Suprapto menyatakan warga korban banjir sudah terbiasa menghadapi bencana yang datang setiap penghujan tersebut. “Saat air naik warga langsung mengungsi ke tempat aman,” jelas dia.

Suprapto mencontohkan sikap warga Nusupan, Kadokan, yang mengungsi ke Masjid An-Nikmah di wilayah setempat, saat air sungai merangsek mendekati rumah. Begitu air surut, dia melanjutkan, warga kembali ke rumah. “Warga sudah paham prosedur keamanan,” imbuhnya.

Suprapto menerangkan, pihaknya terus memantau elevasi air Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Wonogiri. Tujuannya untuk mengantisipasi terjadinya banjir di Kota Makmur utamanya bila buangan air di WGM masuk kategori mengkhawatirkan. “Kami pantau terus WGM,” tegas dia.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Kadokan, Grogol, Suyono, menjelaskan, banjir Minggu dini hari tidak membuat warga Nusupan panik. Pasalnya ketinggian banjir tidak begitu mengkhawatirkan. Di samping itu, menurut dia, warga sudah terbiasa menghadapi banjir.

Daerah yang diterjang banjir Minggu dini hari yakni RT 004/RW 005 Nusupan, Kadokan. Jumlah rumah di wilayah tersebut sekitar 35 unit. Namun rumah yang terendam banjir sekitar 12 unit. “Sebagian besar rumah hanya tergenang bagian halamannya saja,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya