SOLOPOS.COM - Sejumlah pegawai UPTD Dinas Pendidikan (Disdik) Kecamatan Bulu, Sukoharjo, meninjau salah satu SD yang kebanjiran di Tiyaran, Bulu, Sukoharjo, Selasa (25/3/2014). (Iskandar/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Bencana banjir dan tanah longsor terjadi di tiga desa, yakni Desa Ngasinan, Tiyaran, dan Kamal di Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Selasa (25/3/2014). Kendati tak ada korban jiwa, satu rumah rusak karena tertimpa longsor.

Longsor juga merusak perkakas rumah tangga sejumlah rumah, merusak tanaman padi, dan harta milik warga setempat. “Sampai saat ini tidak kami temukan warga yang meninggal. Soal kerugian kami masih mendata di lapangan,” ujar Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Sukoharjo, Margono ketika ditemui wartawan di sela-sela memantau di lokasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, bencana tanah longsor terjadi di Desa Kamal, Kecamatan Bulu, menyebabkan rumah milik Teguh, 48, seorang buruh yang bekerja di Jakarta warga Dukuh Tobong, Desa Kamal, rusak. Longsor terjadi ketika pukul 03.00 WIB terjadi hujan deras di Kecamatan Bulu. Karena rumah korban dekat dengan pegunungan, tanah di sekelilingnya yang labil longsor setelah terguyur hujan lebat.

Sementara itu Kepala UPTD Dinas Pendidikan (Disdik) Kecamatan Bulu, Sutarto, mengatakan ada enam bangunan SD yang terendam banjir. Akibat kejadian tersebut aktivitas belajar mengajar di sekolah terganggu dan pihak sekolah harus memulangkan siswanya.

Bahkan sejumlah siswa yang telanjur masuk dan berada di sekolah harus dievakuasi tim BPBD dan SAR Sukoharjo. Karena air semakin meninggi sehingga 24 siswa dan guru segera dievakuasi ke tempat aman.

Berdasar catatannya sekolah yang menjadi korban banjir setidaknya yakni SD Ngasinan 03, SD Tiyaran 03, Kedungsono 02, Bulu 04, Tiyaran 02, Kunden 02. Sekolah-sekolah itu terendam air dengan kedalaman antara 20 cm sampai 75 cm karena lokasinya berdekatan dengan sungai yang meluap.

Salah seorang warga Ngasinan Setiyadi, 45, mengatakan banjir ini merupakan kiriman dari Desa Kamal dan Bulu yang letaknya lebih tinggi. Sebelumnya, sekiat pukul 04.00 WIB, desa itu hanya diguyur hujan intensitas sedang. Sedangkan dua desa tetangga yang letaknya lebih tinggi diguyur hujan lebat.

Akibatnya, kira-kira pukul 05.30 WIB elevasi air di Sungai Buntung dekat desanya mulai meninggi. Puncaknya terjadi kira-kira pukul 08.00 WIB hingga merendam sawah di sekitarnya. “Di desa sebelah yaitu Desa Lengking juga ada sawah terendam, tapi paling parah ya di Ngasinan ini. Karena memang lokasinya berbatasan hanya dibatasi jembatan Kali Buntung itu,” papar Setiyadi.

Secara terpisah, salah seorang warga Desa Tiyaran RT 001 RW 001, Kecamatab Bulu, Sukoharjo, Joko Triyatno, 38, mengatakan banjir di wilayahnya sudah dua kali terjadi. Banjir pertama terjadi saat air bah datang sekitar pukul 04.30 WIB dan disusul banjir susulan pada pukul 05.30 WIB.

Dia tak menyangka air masuk rumah dan toko besinya sehingga merendam puluhan semen dan barang-barang dagangan lainnya. Akibatnya, semen yang terndam rusak dan tak bisa digunakan lagi karena mengeras. Taksiran sementara dia mengalami kerugian Rp10 juta.

“Sudah sekian puluh tahun tidak ada banjir, karena itu tadi pagi saya kaget. Arus air di Kali Nuricik ini tiba-tiba besar sekali dan meluber sehingga menggenani jalan dan masuk rumah-rumah warga dengan ketinggian antara 30 cm sampai 1 meter,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya