SOLOPOS.COM - Seorang warga menggendong anak perempuan sembari menggandeng tangan anak lakil-laki berjalan melawan arus air luapan Sungai Dedegan yang menggenang lingkungan RT 001/RW 001, Dukuh Dedegan, Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Kamis (17/3/2016) malam. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen terjadi di Sungai Dedegan dan menggenangi dua kampung di Karangmalang.

Solopos.com, SRAGEN–Luapan Sungai Dedegan menggenangi dua kampung di Kecamatan Karangmalang, Sragen, Kamis (17/3/2016), pukul 19.00 WIB. Air menggenangi 20 rumah warga sampai ketinggian 60 sentimeter di Kampung Bangunrejo RT 024/RW 007, Kelurahan Plumbungan, dan Dukuh Dedegan RT 001/RW 001, Desa Pelemgadung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketinggian air di dua kampung itu sampai di atas lutut orang dewasa. Air memasuki rumah warga sampai ketinggian 60 sentimeter di rumah milik Dul Rahman, 70, dan rumah anaknya, Santosa, 43, di RT 024/RW 007 Bangunrejo. Rumah Dul dan Santosa menjadi langganan banjir akibat luapan Sungai Dedegan karena lantai rumah lebih rendah dari jalan. Lokasi rumah mereka berada di bantaran Sungai Dedegan.
Rumah Jumadi, 41, yang bersebelahan dengan rumah Santosa juga sempat kemasukan air sampai di atas mata kaki kendati letak lantainya lebih tinggi dari jalan.

“Selama sebulan terakhir, sudah tiga kali ini kebanjiran. Air paling tinggi ya baru kali ini sampai lincak tempat tidur saya terendam. Padahal ketinggian 50 sentimeter lebih. Air masuk rumah sejak pukul 19.00 WIB. Hujan deras sudah reda. Begitu air datang, saya siap-siap mengemasi barang-barang ke tempat yang tinggi di meja kamar tengah,” ujar Dul saat ditemui wartawan di rumahnya, Kamis malam.

Ekspedisi Mudik 2024

Rumah Dul menjadi langganan banjir. Air meninggi dan mencapai puncaknya pada pukul 20.00 WIB. Dul tak berani masuk rumah. Pintu ditutup rapat agar kotoran tak masuk rumah. Kendati air di rumah Santosa dan Jumadi surut, air di rumah Dul masih menggenang di atas mata kaki.

“Luapan sungai ini terjadi karena normalisasi sungai tidak tuntas. Banyak barongan bambu di tikungan sungai sehingga air meluap kemana-mana,” kata lelaki tua yang tinggal sendirian di rumahnya.

Selain di Bangunrejo, air luapan Sungai Dedegan mengalir menggenangi Jl. R.A. Kartini yang menghubungkan Sragen-Sambirejo. Ketinggian air di jalan raya itu hampir menyentuh lutut orang dewasa. Mobil sedan dan sejenisnya tak berani melintas. Motor pun tak berani menyeberang. Akibatnya, arus lalu lintas di jalan itu sempat macet total selama satu jam.

Air luapan sungai itu mengalir deras menuju jalan desa di Dukuh Dedegan RT 001/RW 001 dan RT 002/RW 001. Air sempat masuk ke dua rumah Yanto dan rumah adiknya yang bersebelahan di RT 001/RW 001 yang terletak di pinggir jalan raya itu. Rumah Darto dan Mulyadi yang juga terletak di pinggir jalan raya RT 002/RW 001 juga kemasukan air sampai di atas mata kaki.

Di permukiman RT 001/RW 001, ketinggian air mencapai satu meter. Warga langsung membuat bendungan di setiap gang masuk rumah agar air tak menggenangi rumah. Di lingkungan RT itu tercatat ada 12 rumah yang kemasukan air. Mereka terdiri atas Sainem, Saiman, Mukiyem, Dadi, Maret, Narto, Susiah, Sastro, Didik, Reso, Sukardi, dan Wongso.

Rumah Sainem, 72, merupakan rumah paling pinggir dan terletak di bantaran Sungai Dedegan. Sainem tinggal bersama anak dan menantunya serta dua orang cucu. Tri Mugono, 40, anak Sainem memangkas pohon pisang untuk membendung air agar tidak masuk rumah. Di dalam rumah, Sri Daryaningsih, 34, istri Tri, memangku bayinya yang berumur lima hari. Anak laki-laki Tri bermain air sambil keluar masuk rumah.

“Kami sudah hafal dengan karakter luapan Sungai Dedegan. Kalau airnya berwarna cokelat tua dan keruh pasti air akan masuk rumah. Kalau airnya cokelat muda dan cenderung tak keruh, kami bisa tenang karena air tak masuk rumah. Tadi begitu air masih di atas mata kaki saat di jalan, saya sudah cari batang pohon pisang,” kata Tri saat berbincang dengan Solopos.com.

Tri mengatakan air mulai meluap di Dukuh Dedegan mulai pukul 18.30 WIB, sesaat setelah hujan reda. Dia memprediksi air luapan Sungai Dedegan merupakan kiriman air dari atas. Seperti halnya Dul, Tri dan keluarganya sudah kebanjiran luapan Sungai Dedegan tiga kali dalam sebulan.

Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen yang dipimpin Heru Wahyudi sempat meninjau lokasi. Heru memperkirakan air akan surut dengan cepat karena arus airnya deras. Dalam waktu dua jam, air mulai surut. Heru berkonsentrasi dengan adanya pohon tumbang di Desa Blimbing, Sambirejo, Sragen pada Kamis malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya