SOLOPOS.COM - Tiga orang perangkat Desa Kedungupit (kiri) memeriksa kondisi Bendungan Sungai Wangan di Dukuh Blimbingrejo, Desa Kedungupit, Sragen Kota, Sragen yang jebol diterjang banjir, Kamis (25/2/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen membuat Dinas Pertanian Sragen menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat dam sungai Wangan jebol.

Solopos.com, SRAGEN–Dinas Pertanian (Distan) Sragen menyatakan jebolnya dam parit Sungai Wangan Kedungupit yang dihantam banjir Selasa (23/2/2016) sebagai kejadian luar biasa (KLB). Proyek dam parit yang menelan anggaran Rp300 jutaan itu baru selesai dibangun empat bulan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Distan Sragen, Sunardi, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (26/2/2016), siang mengatakan bendungan Sungai Wangan itu merupakan proyek dam parit senilai Rp300 jutaan yang bersumber dari APBD Perubahan 2015. Proyek itu baru selesai dibangun pada November 2015 sehingga proyek itu masih dalam masa pemeliharaan rekanan.

Dia menjelaskan jebolnya dam parit itu bukan kesalahan rekanan tetapi akibat bencana alam yang tidak bisa diprediksi. Sunardi menetapkan kejadian tersebut merupaan KLB bencana. Dia menerangkan banjir yang menerjan wilayah Kedungupit itu tidak hanya menjebol dam rapit itu tetapi juga memutus jalan usaha tani dan merusak tanaman padi seluas 6 hektare.

“Kami akan berkoordinasi dengan rekanan agar ikut berpartisipasi untuk perbaikan dam parit itu. Dana jaminan pemeliharaan sebesar 5% dari total proyek akan kami gunakan untuk memperbaiki dam yang jebol. Dengan dana itu tentu tidak cukup sehingga harus ada kebijakan Bupati Sragen untuk menggunakan dana tak terduga,” ujar Sunardi.

Sunardi tinggal menunggu disposisi Bupati setelah mengirimkan nota dinas kepada Bupati, Kamis (25/2/2016). Nota dinas itu didasarkan pada surat aduan dari Pemerintah Desa (Pemdes) Kedungupit Sragen. Dia menilai kerusakan akibat kejadian post majeur itu tidak bisa langsung dibebankan kepada rekanan tetapi menjadi tanggung jawab Pemkab. Dia berharap berbagaik pihak bisa membantu, seperti Pemdes Kedungupit dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sragen.

Dia menjelaskan untuk tanaman padi yang rusak itu sebenarnya ada asuransi usaha tani padi (AUTP). Asuransi padi itu bisa cair, kata dia, dengan tingkat kerusakan padi 75%. “Petani bisa mendapatkan Rp6 juta per hektare untuk ganti rugi padi rusak. Preminya cukup murah hanya Rp36.000/hektare atau Rp12.000 per patok karena ada subsidi dari pemerintah Rp144.000/hektare,” tutur dia.

Sementara tim gabungan Pemdes Kedungupit dan BPBD berupaya menyelamatkan jalan usaha tani yang putus lantaran diterjang banjir. Pemdes Kedungupit dan BPBD bakal menutup jalan itu dengan 1.000 sak berisi pasir (sand bag) untuk memudahkan akses petani.

“Saya sudah menyiapkan pasir atau tanah untuk menguruk jalan usaha tani itu. Tadi siang, saya bertemu dengan Pak Heru [Kepala BPBD Sragen] untuk meminta 1.000 lembar sak [sand bag]. Rencananya kami akan memasang patok agar sak-sak berisi tanah atau pasir tidak terbawa banjir,” ujar Kepala Desa Kedungupit, H. Suryanto.

Suryanto tinggal menunggu bantuan sak dari BPBD untuk persiapan kerja bakti. Kepala BPBD Sragen, Heru Wahyudi, saat ditemui Solopos.com, Jumat siang, siap mengirimkan 500-1.000 lembar sak untuk membantu Pemdes Kedungupit membuat akses jalan usaha tani.
“Kami siap membantu kerja bakti dan membantu sembako untuk keperluan kerja bakti itu. Kapan waktunya, tergantung Kades Kedungupit yang mengkoordinasi,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya