SOLOPOS.COM - Sukarelawan menata tumpukan sak pasir di Desa Pilang, Sragen untuk menutup talut Bengawan Solo yang rusak. (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen, kerusakan tanggul Bengawan Solo di Desa Pilang dinilai sangat mengkhawatirkan.

Solopos.com, SRAGEN–Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) dinilai terlambat dalam penanganan tanggul Sungai Bengawan Solo yang terletak di Dukuh Wirarejan RT 022, Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen. Keterlambatan penanganan kerusakan tanggul berakibat tanggul jebol dan mengancam warga satu desa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penanggung Jawab (Pj) Kepala Desa Pilang, Suparman, saat ditemui Solopos.com di sela-sela kerja bakti membangun masjid di Dukuh Jati, Desa Pilang, Minggu (14/2/2016), mengaku laporan kerusakan tanggul Bengawan Solo sudah disampaikan ke BBWSBS pada Januari 2015 lalu. Suparman mengulangi laporan tersebut pada akhir Januari 2016. Dia menjelaskan sebenarnya petugas BBWSBS sudah menyurvei lokasi yang rusak tetapi tidak ada tindak lanjutnya.

“Kalau pada 2015 sudah ada penanganan dengan memperbaiki fondasi dinding parapet yang sudah gerowong. Laporan saya tidak hanya satu lokasi tetapi banyak lokasi. Saya datang langsung ke BBWSBS. Namun laporan masyarakat kecil seperti kami tidak diperhatikan. Setelah tanggul jebol baru ada perhatian ramai-ramai. Laporan itu kan sebagai upaya pencegahan,” ujar Suparman yang juga Sekretaris Desa (Sekdes) Pilang itu.

Dia menyebut ada enam lokasi tanggul Bengawan Solo yang dilaporkan ke BBWSBS, yakni tanggul di RT 022 yang jebol pada Jumat (12/2/2016) sore, tanggul di perbatasan RT 022 dan RT 021 Dukuh Wirarejan, tanggul di RT 018 Dukuh Pilang Kidul, tanggul di RT 002 Dukuh Jati, tanggul di RT 007 Dukuh Jati, dan tanggul anak Sungai Bengawan Solo di RT 034 Dukuh Klembon.

“Saya menilai penanganan BBWSBS terlambat. Setelah laporan memang ada survei ke lokasi. Setelah itu berhenti,” katanya.

Sebagai perangkat desa dan penanggung jawab wilayah desa, Suparman memerintahkan jagabaya untuk memantau perkembangan sungai Bengawan Solo setiap hari. Bukan hanya itu, Suparman bangga dengan kesadaran warga Desa Pilang yang ikut waspada dengan mengadakan kegiatan ronda malam pada setiap hujan deras mengguyur desa atau mendengar ada kiriman air dari hulu.

“Setelah tanggul jebol, kami masih waswas. Air Bengawan Solo kan tidak bisa diprediksi. Ya, seperti sebelumnya kalau ada bahaya warga pasti sudah pukul kentungan titir secara berantai sehingga warga langsung siaga. Ketika siaga ya semalaman tidak tidur,” ujar dia.

Untuk sementara warga Desa Pilang dibantu tim gabungan sukarelawan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), SAR Himalawu, Muhammadiyah Disaster Manajement Centre (MDMC) Sragen, Palang Merah Indonesia (PMI), membangun bendung sederhana. Mereka menumpuk lebih dari 2.000 sak pasir membentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter di lokasi tanggul yang jebol.
Tumpukan sak pasir itu memakan ¾ badan jalan. Warga setempat memortal jalan dengan menggunakan batang bambu dan ranting pohon kering untuk menghalau mobil lewat. Kendati diportal, motor masih bisa lewat jalan tersebut. “Semoga segera ada penanganan yang permanen di tanggul itu. Kalau tidak ya kami waswas terus,” ujar Wagiman, 44, warga yang tinggal berhadapan dengan tanggul jebol itu.

Sementara itu, petugas lapangan BBWSBS, Joko, tidak mengetahui rencana pembangunan tanggul tersebut. Setelah menerima laporan dari perangkat Desa Pilang, Joko yang diutus BBWSBS untuk survei lokasi.

“Saya hanya bertugas menyurvei lokasi dan melaporkan ke BBWSBS. Selebihnya bukan wewenang saya. Tindak lanjut perbaikan tanggul itu pun bukan wewenang saya tetapi ada bidang lain di BBWSBS,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya