SOLOPOS.COM - Warga membawa dagangan mi instan dengan menggunakan sepeda angin yang ditutun melewati genangan air di jalan masuk ke Dukuh Bakung, Desa Pringanom, Masaran, Sragen, Minggu (19/6/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen mengakibatkan ratusan tanaman padi dan hortikultura rusak.

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 42 hektare tanaman hortikultural di Desa Kecik dan Gawan Kecamatan Tanon puso karena terendam banjir luapan Bengawan Solo, pada Minggu (19/6/2016) lalu. Selain itu, 603 hektare tanaman padi di Kecamatan Masaran, Sidoharjo, dan Tanon rusak dan anjlok kualitasnya.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ratusan tanaman padi itu tidak ada yang diusulkan untuk mengikuti program asuransi usaha tani padi (AUTP) pada musim tanam (MT) II ini. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen justru mengajukan AUTP untuk 5.000 lahan padi di wilayah Kecamatan Sragen Kota.
Koordinator Pengendali Organisme Penganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, Salimin, saat ditemui Espos, Selasa (21/6), menyampaikan tanaman hortikultural yang puso akibat banjir itu berupa tanaman cabai seluas 40 hektare dan tanaman terong seluas 1 hektare di Desa Kecik serta tanaman semangka di Desa Gawan. Dia mengatakan sebenarnya untuk tanaman cabai sudah pernah dipetik beberapa kali sebelumnya untuk selanjutnya sudah puso karena cabai menjadi layu dan akhirnya mati.

“Umur tanaman cabai itu sudah 110 hari. Tanaman cabai itu bisa dipetik sampai 27 kali. Akibat puso, petani menderita kerugian sampai Rp8 juta/hektare. Untuk tanaman terong kalau sudah terendam air juga puso dan kerugiannya sampai Rp10 juta per hektare. Demikian pula untuk semangka kerugiannya bisa Rp15 juta per hektare,” ujar Salimin.

Untuk tanaman padi, Salimin tidak bisa memperkirakan kerugiannya karena hasil yang diperoleh tidak sama. Dia mengatakan tanaman padi yang terendam banjir itu tidak puso tetapi hasilnya juga tidak laku dijual. Kalau dihitung kasar, kata dia, kerugian petani padi mungkin bisa Rp2 juta per hektare tetapi kerugian tidak sama.

“Para petani padi itu terdampak banjir bisa diusulkan untuk mendapatkan bantuan cadangan benih nasional (CBN). Kalau ada kemungkinan di APBD Perubahan 2016. Kalau untuk AUTP belum karena tidak puso. AUTP itu hanya untuk tanaman padi yang puso,” katanya.

Kabid P2P Dinas Pertanian Sragen, Sunardi, mengaku menerima data usulan program AUTP dari Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh) sebanyak 5.000 hektare di wilayah Desa Tangkil, Sine, Kedungpit, Nglorog, dan Karangtengah Kecamatan Sragen Kota. Usulan AUTP itu untuk tanaman padi pada MT II 2016. Pada MT I lalu, sebut Sunardi, ada 2.805 hektare yang mendapat program AUTP.

“Usulan program AUTP itu setiap musim tanam. Kebetulan untuk MT II, usulan ada 5.000 hektare tetapi masih dalam proses dan sampai sekarang belum ada kejelasan dari pemerintah pusat. Katanya, program AUTP itu akan diambilkan dari dana CSR [corporate social responsibility] BUMN [badan usaha milik negara] dan Kementerian Pertanian,” ujar Sunardi saat ditemui secara terpisah.

Dia menjelaskan AUTP itu merupakan asuransi khusus tanaman padi dengan dana penggantian sampai Rp6 juta per hektare. Dia menyampaikan nilai preminya Rp180.000/hektare tetapi disubsidi pemerintah sebesar 80%.

“Petani hanya membayar premi 20% atau setara dengan Rp36.000/hektare atau Rp12.000/patok. Sedangkan subsidinya senilai Rp144.000/hektare. Syarat untuk mendapat asuransi harus gagal panen seluas 75% dari luas lahan,” tambah dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya