SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Sistem peringatan dini banjir di wilayah Mojo, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, tak berfungsi.

Solopos.com, SOLO — Intensitas hujan semakin tinggi belakangan ini. Namun, sistem peringatan dini (early warning system/EWS) yang dipasang dan dikelola Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo di wilayah Mojo, Semanggi, Pasar Kliwon, malah tidak berfungsi.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kelompok Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) Semanggi Pasar Kliwon mengetahui hal tersebut saat melakukan pemantauan demi kewaspadaan bencana banjir di kawasan sepanjang bantaran Bengawan Solo wilayah tersebut. Bantaran terutama wilayah RW 004, 005, dan 023, masih menjadi perhatian karena hingga saat ini masih ada puluhan rumah yang belum mau direlokasi terkait proyek penanganan banjir dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. (Baca: PUPR Puas dengan Progres dan Kualitas Proyek Penanganan Banjir Solo)

Sibat Semanggi menemukan EWS milik UNS dan dikelola UNS di sisi timur Jembatan Mojo, tak berfungsi. “Jadi di wilayah Semanggi ada satu EWS yang dikelola UNS, tapi sudah setahun terakhir tidak berfungsi. Kalau sungai pasang, alat itu tidak berbunyi,” kata Ketua Komunitas Sibat Semanggi, Tavip Jaka Susilo, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (16/11/2017).

Dia berharap ada perhatian dari pengelola EWS agar EWS yang dipasang benar-benar bisa dimanfaatkan warga bantaran sungai. Kendati warga tidak bisa memanfaatkan alat peringatan dini bencana banjir tersebut, Tavip menilai warga bantaran Bengawan Solo sudah terbiasa dengan ancaman bencana banjir.

Mereka sudah tangguh menghadapi luapan sungai. “Jadi kalau air mulai pasang, mereka bisa cepat merelokasi ke lokasi yang lebih tinggi,” ujar dia.

Sibat Semanggi pun terus memperkuat komunikasi dengan tim pemantau tinggi muka air di Jurug, Jebres. “Kalau intensitas hujan sangat tinggi, air mulai naik, kami akan terus memonitor TMA dari Jurug.”

Ketua SAR Rajawali Solo, Bambang Ary Wibowo, menjelaskan timnya mulai memantau kawasan di semua alur sungai yang masuk ke Kota Solo. “Untuk saat ini Bengawan Solo masih status aman, jadi kami fokus pada jalur Kali Anyar dan Kali Pepe,” kata Bambang.

Jaringan komunikasi dengan kelompok sukarelawan di wilayah Boyolali juga mulai diperkuat. “Seperti hari ini, teman-teman di Boyolai sejak pagi sudah melaporkan Teras pukul 10.00 WIB sudah hujan deras, Selo sejak pagi juga sudah hujan.”

Jika di Boyolali hujan, jaringan komunikasi akan memantau aliran sungai. Jika air melalui wilayah Banyudono, debit Kali Premulung di Kleco berpotensi naik.

Dari Kleco aliran air terpecah jadi dua yakni ke Kali Gajah Putih sampai belakang Damri, bertemu di Putri Cempo masuk ke Kali Anyar. Tapi jika hujan di Boyolali masuk ke aliran sungai wilayah Mojosongo, debit yang akan naik adalah di Kali Pepe.

“Kami fokus di dua aliran sungai ini karena di sana belum ada EWS. Seperti tadi malam kami pantau terus bahkan sempat menyentuh siaga 3, namun karena Bengawan Solo masih aman, air pun lancar mengalir lewat Bengawan Solo.”

SAR Rajawali mengajak masyarakat ikut bergabung di frekuensi radio SAR Rajawali maupun kelompok SAR lainnya. Warga diingatkan dengan ilmu titen ancaman bencana banjir.

“Jadi kalau aliran sungai itu mulai keruh dengan kecepatan tinggi, terutama sungai yang dari arah barat [Boyolali] maupun selatan [Nguter, Sukoharjo atau Dengkeng, Klaten], harus mulai waspada.”

Sedangkan hujan lokal di Kota Solo, menurut dia, hanya berpotensi menimbulkan genangan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya