SOLOPOS.COM - Ilustrasi Solo Banjir (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, SOLO—Pemerintah kota (pemkot) menyatakan Solo berstatus siaga darurat banjir per Rabu (22/1/2014) hingga Februari mendatang. Status siaga darurat banjir itu ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Wali Kota yang segera disosialisasikan kepada masyarakat dalam waktu dekat.

Penegasan itu disampaikan Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo kepada solopos.com, Kamis (23/1/2014). Menurut Eko, SK Wali Kota itu didasarkan pada hasil pantauan elevasi air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) semakin meninggi meskipun tidak terjadi hujan di Wonogiri. Selain itu, Eko menambahkan elevasi Sungai Bengawan Solo pun terus naik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Dari laporan per Kamis, tepatnya pukul 09.00 WIB, elevasi air WGM mencapai 135,21 meter dari permukaan air laut. Sedangkan elevasi air Bengawan Solo juga naik mendekati lima meter dari tepi bantaran sungai. Ketinggian elevasi air Bengawan Solo itu semula hanya tiga meter, kini naik lima meter. Kondisi air Bengawan Solo yang keruh itu saat ini merupakan air gelontoran dari WGM,” tegas Eko dalam pesan singkatnya kepada solopos.com.

Menurut Eko, kenaikan elevasi di WGM bukan disebabkan hujan di Wonogiri melainkan karena kiriman air dari Kabupaten Pacitan dan karena tebalnya sedimentasi WGM. Atas dasar laporan itu, Eko langsung merapatkan barisan dengan menggelar rapat koordinasi dan penyiapan peralatan siaga darurat bencana dengan jajaran terkait pada Kamis, pukul 10.00 WIB.

Rapat koordinas itu bertujuan untuk menginventarisasi perlengkapan untuk persiapan siaga darurat bencana yang ada di satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait. Eko mengaku masih menunggu SK Wali Kota yang kini dalam proses penandatanganan F.X. Hadi Rudyatmo. SK itu bakal menjadi prosedur dan tahapan (protap) BPBD Solo.

“Hasil rapat menyepakati adanya rencana-rencana ke depan. Kami akan gelar pelatihan bagi personel siaga bencana dan akan menggelar pasukan. Kami juga akan membentuk regu induk BPBD di Solo, posko sambung satu unit, dan posko darurat tiga unit. Posko darurat itu ditempatkan di daerah-daerah rawan banjir, seperti Pasar Kliwon dan Banjarsari,” tandasnya.

Eko pun menyatakan segera menyosialisasikan SK tersebut kepada masyarakat agar turut serta melakukan persiapan, seperti persiapan obat-obatan dan seterusnya.

Terpisah, tokoh masyarakat Pasar Kliwon, Agus Anwari, mengatakan masyarakat Pasar Kliwon mulai mengantisipasi banjir dengan membentuk tim jaga lepen (penjaga sungai). Menurut dia, jaga lepen itu semacam satuan tugas yang bertugas membersihkan sampah-sampah di sepanjang Kali Jenes.

“Langkah ini mestinya harus sinergi dengan wilayah lain, terutama Serengan, karena Kali Jenes itu melewati Serengan di sisi barat dan Pasar Kliwon di sisi timur. Kalau di Pasar Kliwon membersihkan sampah, ya, di Serengan pun mestinya melakukan hal serupa. Selain itu, kami juga memasang pagar besi di beberapa titik untuk menghambat sampah yang nantinya bisa langsung diangkat,” tambahnya.

Menurut Agus, ada empat kelurahan yang rawan banjir, yakni Pasar Kliwon, Semanggi, Sangkrah, dan Joyosuran. Dia menerangkan penanganan banjir di masing-masing kelurahan itu berbeda sesuai dengan kondisi kelurahan yang bersangkutan.”Persiapan-persiapan sudah dilakukan, seperti titik pengungsian dan dapur umum. Preventifnya, ya, jaga lepen itu. Mereka nantinya digaji dengan standar upah minimum kota (UMK),” pungka dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya