SOLOPOS.COM - Warga Sanggungan Wetan RT 002/RW 021 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, berjalan melintasi genangan air luapan Kali Kecing, Selasa (28/11/2017) malam. (Kurniawan/JIBI/Solopos)

Kali Kecing di Semanggi, Solo, meluap membanjiri Kampung Sanggungan.

Solopos.com, SOLO — Hujan sepanjang hari Selasa (28/11/2017) membuat debit air Kali Kecing di Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, meningkat hingga meluap sekitar pukul 20.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com pada pukul 21.00 WIB air yang meluap menggenangi jalan di kanan-kiri kali dan lingkungan Kampung Sanggungan RT 002/RW 021 Semanggi. Tapi genangan setinggi betis orang dewasa tersebut belum sampai masuk ke rumah warga yang telah ditinggikan fondasinya.

Sejumlah warga laki-laki standby di depan rumah mereka mengantisipasi genangan bertambah tinggi. Mereka mendapat kabar rencana pembukaan pintu air Waduk Gajah Mungkur (WGM) pada pukul 23.00 WIB malam ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Sedangkan para perempuan dan anak-anak tidur dan beristirahat di dalam rumah. Warga Sanggungan Wetan, Sunarno, 70, saat ditemui Solopos.com, menuturkan air kali meluap karena pintu air Demangan ditutup agar air Sungai Bengawan Solo tak masuk ke daerah aliran Kali Kecing.

“Ini saya berjaga memantau perkembangan debit air. Kalau sekiranya genangan semakin tinggi dan masuk rumah, anak-anak saya suruh mengungsi dulu ke rumah simbah di Pasar Kliwon. Apalagi ada cucu saya yang baru berusia empat bulan. Tapi mudah-mudahan tidak tambah parah,” ujar dia.

Sunarno mengisahkan tahun lalu banjir luapan Kali Kecing lebih tinggi dibandingkan banjir Selasa malam ini. Saat itu genangan air telah masuk bagian dalam rumah setinggi lutut orang dewasa.

“Karena sudah biasa menghadapi banjir sebenarnya kami tidak takut. Hanya tetap perlu waspada,” imbuh dia.

Penuturan senada disampaikan Mulyani, 57, warga Sanggungan Wetan RT 002/RW 021 Semanggi saat diwawancarai Solopos.com. Dia mengaku tidak panik atau takut dengan luapan Kali Kecing. Selama ini kali itu kerap meluap saat hujan mengguyur dalam waktu yang lama. Apalagi bapak-bapak warga kampung sudah berjaga memantau debit air.

“Kalau saya tetap tidur malam ini. Biar bapak bapak dan anak muda yang berjaga. Tapi barang-barang yang sekiranya penting sudah saya amankan bila sewaktu waktu banjir meninggi dan kami harus mengungsi. Paling-paling ya surat surat dan dokumen penting lainnya,” tutur dia.

Mulyani mengatakan banjir terbesar di lingkungan rumahnya terjadi pada 2007. Saat itu rumahnya tergenang banjir setinggi perut orang dewasa. Padahal letak rumah dia relatif lebih tinggi dibandingkan rumah warga di sekitarnya.

“Saat itu Jembatan ABRI ini terendam banjir, tidak kelihatan lagi. Rumah saya terendam satu meter. Yang parah di bagian belakang rumah saya, air sampai setinggi tiga meter,” kenang dia.

Mulyani menjelaskan rumahnya ditinggali 10 orang dari tiga keluarga. Anak-anak dan perempuan tetap beristirahat di dalam rumah. Sedangkan para laki laki berjaga di luar hingga sekiranya situasi sudah kondusif atau tak lagi banjir.

“Mudah mudahan tidak semakin parah lah. Kasihan warga. Dulu saat banjir besar 2007 kami butuh waktu berhari hari untuk membersihkan rumah dan perabot,” harap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya