SOLOPOS.COM - Petani mengamati tanaman cabai keriting yang layu akibat terendam air luapan Kali Dengkeng sepekan yang lalu. Kondisi tersebut membuat petani waswas karena tanaman diprediksi bakal mati. Foto diambil belum lama ini. (Shoqib A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN—Ribuan meter persegi tanaman cabai yang ada di Desa Jotangan, Kecamatan Bayat terancam mati akibat terendam air dari Kali Dengkeng yang meluap sepekan yang lalu. Kondisi tersebut membuat petani waswas lantaran sudah banyak tanaman mereka yang layu dan nyaris mati.

Pantauan Solopos.com di areal persawahan yang ada di Desa Jotangan, sebagian tanaman cabai keriting daunnya berguguran. Selain itu, batangnya juga tampak mengering dan mudah patah. Sementara, cabai keriting yang masih hijau juga nampak mengering dan berjatuhan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Salah satu petani, Supriyanto, mengatakan hampir separuh dari seluas 2.000 meter persegi tanaman cabai keriting terendam air akibat banjir pada Sabtu-Minggu (22-23/2/2014). Cabai keriting yang terendam air tersebut berusia sekitar 60 hari.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tanaman cabai rawit yang terendam air selama dua hari itu akhirnya layu dan nyaris mati. Kami pun terpaksa memetik cabai rawit yang masih hijau sebelum tanaman itu mati,” paparnya kepada wartawan di lokasi, Sabtu (1/3/2014).

Sebelum banjir, sambungnya, tanaman cabai miliknya juga sudah terguyur hujan abu vulkanis Gunung Kelud. Hal itu juga membuat tanaman miliknya banyak yang mati karena batang dan daunnya patah akibat tidak kuat menahan beratnya abu.

Pihaknya mengaku merugi akibat musibah tersebut. Pasalnya, dia harus menjual dengan harga murah cabai keriting yang masih berwarna hijau.

“Jelas rugi sekali. Misalkan harga cabai keriting yang merah itu Rp20.000 per Kilogram (Kg), besok hanya bisa menjual cabai keriting hijau Rp10.000 per Kg,” tandas warga Jotangan, Bayat tersebut.

Sementara, petani yang lain, Hariyani 37, mengatakan banjir pada tahun ini dinilai lebih dahsyat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, tahun sebelumnya air tidak sampai menggenangi wilayah Jotangan. “Biasanya tidak sampai di sini (Jotangan), hanya sebatas di Desa Wiro, Bayat. Namun, tahun ini luar biasa dampaknya,” jelasnya kepada wartawan di lokasi, Sabtu.

Meski banjir telah surut, namun dia tetap khawatir. Sebab, hujan deras masih sering turun di wilayah setempat. Kondisi tersebut ditakutkan muncul banjir susulan yang mengakibatkan tanaman kembali terendam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya